REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Yum Brands induk perusahaan yang membawahi beberapa merek restoran cepat saji, melaporkan, Selasa (5/10/2024) penurunan mengejutkan jaringan tokonya di seluruh dunia. Salah satunya adalah jaringan KFC-nya bergulat dengan permintaan yang lesu di Amerika Serikat, serta penjualan internasional yang tidak menentu karena adanya aksi bikot terkait perang Israel.
Reuters melaporkan penjualan KFC di AS anjlok 5 persen, menandai penurunan kuartal ketiga berturut-turut tahun ini. Penurunan ini terjadi bahkan saat Yum pada bulan Agustus meluncurkan penawaran paket menu 5 dolar AS untuk dua item baru di bawah menu hemat "Taste of KFC", termasuk paket nugget ayam delapan potong serta sepiring nugget ayam sebagai tambahan untuk paket isi dua potong daging paha.
KFC menghadapi perang harga yang sedang berlangsung di industri makanan cepat saji dari pesaingnya seperti McDonald's dan Burger King. Restoran-restoran cepat saji tersebut bersaing dengan para pengunjung yang mencari penawaran dan diskon saat makan di luar dengan harga menu konter yang tetap tinggi.
Di pasar global, Yum yang juga memiliki merek Pizza Hut penjualannya turun 2 persen, dibandingkan dengan ekspektasi pasar kenaikan 0,23 persen, menurut data yang dikumpulkan oleh LSEG.
Di pasar internasional KFC menghadapi dampak berkepanjangan dari boikot yang terkait dengan perang Israel di Gaza. “Dampak penjualan dari konflik tersebut telah muncul di beberapa pasar lain di luar Malaysia, Indonesia, dan Timur Tengah,” kata para eksekutif pada bulan Agustus.
Induk perusahaan Burger King, Restaurant Brands juga gagal memenuhi ekspektasi pendapatan kuartalan pada hari Selasa. sementara McDonald's MCD.N melaporkan penurunan penjualan global kuartalan terbesarnya dalam empat tahun minggu lalu.