REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BNI Syariah menargetkan pertumbuhan dana murah atau CASA sebesar 17 persen pada 2019. Pada 2018, total CASA BNI Syariah mencapai 55,82 persen dari total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 35,5 triliun, yakni Rp 19,81 triliun.
"Tahun ini, CASA ditargetkan tumbuh 17 persen," kata Direktur Bisnis BNI Syariah Dhias Widhiyati kepada Republika.co.id, Selasa (5/3).
CASA (tabungan dan giro) terpantau terus tumbuh sejak 2017 yang berjumlah Rp 15,16 triliun. DPK pada akhir 2017 tumbuh 21,2 persen menjadi Rp 29,38 triliun dari Rp 24,23 triliun pada akhir 2016. Sebesar 51,60 persen dari DPK 2017 merupakan CASA yang naik dari 47,60 persen pada akhir 2016.
Dhias mengatakan, dari total DPK 2018, sebanyak dua pertiga nasabah BNI Syariah menggunakan akad wadiah atau titipan. Oleh karena itu, perseroan tidak memberikan bagi hasil dan juga tidak membebankan biaya administrasi kepada nasabah.
Menurut Dhias, pencapaian CASA 2018 antara lain didukung oleh strategi Green Ocean BNI Syariah yang terus mengembangkan ekosistem halal yang berfokus pada nilai, loyalitas, dan prinsip syariah.
Untuk tahun 2019, BNI Syariah memproyeksikan optimisme target CASA tetap dapat ditingkatkan dengan sejumlah strategi penghimpunan dana murah. Di antaranya melalui sinergi BNI Group, yakni dengan optimalisasi sharia channeling office (SCO) dan juga bekerja sama dengan institusi dalam payroll dan cash management.
Sekretaris Perusahaan BNI Syariah Rima Dwi Permatasari menyampaikan, perusahaan juga berfokus pada pertumbuhan tabungan dan kemudahan transaksi nasabah dengan dukungan sinergi BNI incorporated. Selain itu, perusahaan mengedepankan ziswaf sebagai pilar utama ekonomi Islam.
"BNI Syariah juga menggencarkan pelatihan manajemen masjid yang tahun lalu telah dilakukan di 1.256 masjid," katanya.
Dengan demikian, jumlah nasabah dan posisi CASA dapat bertahan dan cenderung mengalami kenaikan. BNI Syariah juga berkomitmen memperkuat nilai perusahaan sebagai hasanah banking partner yang berarti menjadi mitra kebaikan nasabah.