Selasa 05 Mar 2019 02:42 WIB

Teken IA CEPA dengan Australia, Ini Peluang Bagi Indonesia

Produk Indonesia tak dikenakan bea masuk di Australia.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Dwi Murdaningsih
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla saat menghadiri acara Indonesia-Australia Comprehensive Economic Agreement (IA-CEPA) dan Business Forum di Hotel JS Luwansa, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (4/3).
Foto: Dok Setwapres
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla saat menghadiri acara Indonesia-Australia Comprehensive Economic Agreement (IA-CEPA) dan Business Forum di Hotel JS Luwansa, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (4/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat ekonomi internasional Fithra Faisal menilai, kerja sama Indonesia dengan Australia dalam bentuk Comprehensive Economic Partnership Agremeent (CEPA) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas di sektor pertanian dan peternakan. Di antaranya dengan melakukan transfer knowledge bersama petani dan peternak Australia yang dikenal memiliki tingkat kesejahteraan tinggi.

Tapi, Fithra mengakui, transfer knowledge tersebut tidak dapat dilakukan secara mudah. Meski sudah ada perjanjian perdagangan, belum tentu petani dan peternak setempat dapat langsung spill over mengenai strategi mereka dalam mengembangkan dua sektor tersebut. "Kita dapat mengantisipasinya dengan membeli perusahaan sana yang bergerak di sektor pertanian," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (4/3).

Baca Juga

Pembelan saham itu dapat dilakukan melalui BUMN. Selanjutnya, pemerintah dapat mengirimkan generasi muda Indonesia yang aktif di sektor pertanian dan peternakan ke Australia. Mereka bisa belajar dan mendapatkan limpahan pemahaman mengenai pemanfaatan teknologi di kedua sektor demi meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak Indonesia.

Menurut Fithra, strategi ini lebih out of the box dibanding dengan hanya mengharapkan ada limpahan transfer knowledge secara tradisional. Sebelumnya, ia menjelaskan, wacana serupa pernah disampaikan pada zaman kepemimpinan Dahlan Iskan. Tapi, rencana tersebut masih belum direalisasikan karena masih ada beberapa polemik untuk investasi di luar negeri.

Apabila pemahaman dari Australia dirasa sudah cukup, Fithra menambahkan, generasi muda yang dikirimkan tersebut dapat membantu para petani Indonesia dalam mengadopsi teknologi terkini. Selain membantu meningkatkan kesejahteraan petani, upaya ini mampu memperbaiki kualitas hasil pertanian dan peternakan lokal. “Kita bisa manfaatkan hasilnya untuk ekspor,” katanya.

Di sisi lain, Fithra menambahkan, Indonesia dapat mengamankan input barang-barang kebutuhan industri yang dapat disediakan dari Australia. Salah satu produk yang berpotensi adalah baja. Permintaan di Negeri Kangguru tersebut cukup tinggi yang dapat dipenuhi oleh produksi asal Indonesia.

Dengan kerja sama IA CEPA, Fithra menilai, neraca perdagangan Indonesia dengan Australia yang selama ini mengalami defisit dapat membaik. Tapi, dalam kesepakatan kerja sama, nilai neraca perdagangan tidak semata menjadi penentu keberhasilan. "Kita juga harus melihat dari pertumbuhan ekonomi sendiri karena stimulus oleh investasi maupun limpahan lain seperti transfer knowledge tadi," ujarnya.

Indonesia dan Australia memasuki babak baru dalam hubungan bilateral yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif kedua negara di Jakarta, Senin (4/3). Penandatanganan tersebut dilakukan Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita dan Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia, Simon Birmingham, dengan disaksikan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.

Bukan saja di bidang perdagangan barang, jasa, dan investasi, sebagaimana perjanjian dagang yang tradisional selama ini, Enggar menambahkan, IA-CEPA juga mencakup kerja sama dan kemitraan ekonomi yang lebih luas. "Khususnya, di bidang pembangunan manusia dalam rangka meningkatkan daya saing Indonesia," ujar Enggar dalam rilis yang diterima Republika.

Salah satu keuntungan IA-CEPA bagi Indonesia, antara lain dihapuskannya bea masuk impor seluruh pos tarif Australia menjadi nol persen. Enggar menyebtkan, hal ini merupakan hasil positif, karena berarti seluruh produk Indonesia yang masuk ke pasar Australia tidak dikenakan bea masuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement