Senin 04 Mar 2019 18:10 WIB

Apindo: Mobil Listrik Andalan Ekspor Masa Depan Indonesia

Industri otomotif Indonesia masih tertinggal jauh dari industri otomotif Thailand

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Rancangan Mobil Listrik (ilustrasi)
Foto: mobilistrik.blogspot
Rancangan Mobil Listrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Usai perjanjian kerja sama Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), pelaku usaha optimistis sektor produksi baru seperti mobil listrik Indonesia dapat menjadi andalan ekspor masa depan. Kendati demikian, langkah tersebut menunggu ratifikasi disahkan di tingkat parlemen.

“Jadi tantangannya, kita belum bisa langsung jalan (terapkan) karena masih harus menunggu ratifikasi selesai dulu,” kata Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi Republika, Senin (4/3).

Baca Juga

Untuk itu pihaknya bersama Apindo terus menyosialisasikan potensi mobil listrik kepada para pengusaha, termasuk pengembangan teknologi otomotif yang dapat mengakomodasi keperluan produksi.

Di tingkat Asia Tenggara, dia menyebut Indonesia masih tertinggal jauh oleh sektor industri otomotif di Thailand. Kendati demikian, ketertinggalan tersebut diakui akan dikejar pada tahun ini, terlebih terdapat beberapa pelaku usaha otomotif yang telah menyanggupi rencana produksi mobil listrik untuk keperluan ekspor pasar Australia.

“Ada Toyota yang sudah siap, teknologinya juga sedang diusahakan,” kata dia.

Dia menjelaskan, seiring dengan pemenuhan kesiapan di sektor otomotif mobil listrik, Apindo terus mendorong beberapa sektor industri yang memiliki daya ekspor yang tinggi agar terus produktif.

Beberapa produk yang memiliki potensi ekspor tinggi antara lain tekstil, kayu beserta turunannya termasuk furnitur, ban, alat komunikasi, obat-obatan, kesehatan, hingga sektor permesinan.

Sementara itu Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Simon Birmingham menilai, kerja sama IA-CEPA merupakan kerja yang mencakup lintas-sektor antara kedua negara. Pihaknya optimistis kerja sama IA-CEPA akan menimbulkan iklim positif bagi perdagangan dan hubungan bilateral Indonesia-Australia.

“Tak hanya perdagangan, kami juga fokus untuk memusatkan kerja sama di bidang sumber daya manusia, pendidikan vokasi, dan kesehatan,” kata Simon.

Seperti diketahui, total perdagangan bilateral pada 2018 sebesar 8,6 miliar dolar AS dengan ekspor Indonesia tercatat mencapai 2,8 miliar dolar AS. Adapun komoditas impor Indonesia ke Australia merupakan bahan baku atau bahan penolong industri seperti gandum, batubara, bijih besi, alumunium, seng, gula mentah, dan susu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement