Ahad 17 Feb 2019 18:17 WIB

Ketahanan Pangan Baik Meski Impor

Berdasarkan data Global Food Security Index, ketahanan pangan Indonesia meningkat.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Budi Raharjo
Pekerja menurunkan beras impor asal Vietnam milik Perum Bulog di Pelabuhan Indah Kiat Merak, Cilegon, Banten, Kamis (5/4). Beras impor sebanyak 19.900 ton itu merupakan pengiriman yang ketiga kali dari 54 ribu ton beras cadangan Bulog untuk mengisi stok cadangan di Gudang Bulog Subdivre Tangerang.
Foto: Asep Fathulrahman/Anbtara
Pekerja menurunkan beras impor asal Vietnam milik Perum Bulog di Pelabuhan Indah Kiat Merak, Cilegon, Banten, Kamis (5/4). Beras impor sebanyak 19.900 ton itu merupakan pengiriman yang ketiga kali dari 54 ribu ton beras cadangan Bulog untuk mengisi stok cadangan di Gudang Bulog Subdivre Tangerang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama empat tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla terdapat beberapa hal propangan. Hal tersebut membuat indeks ketahanan pangan Indonesia cukup baik.

Guru Besar IPB Dwi Andreas mengatakan, strategi propangan yang dimaksud misalnya infrastruktur berupa irigasi. "Kita lihat adanya irigasi hingga ke tingkat petani. Pembangunan irigasi tersebut memanfaatkan dana desa," kata dia, Ahad (17/2).

Ia melanjutkan, berdasarkan data Global Food Security Index (GFSI), ketahanan pangan Indonesia meningkat dari peringkat 73 di tahun 2014 menjadi posisi 65 pada  2018 dari 115 negara. "Itu artinya terjadi peningkatan. Itu dari segi ketahanan pangan," kata dia.

Ketahanan pangan sendiri saat ini memiliki empat parameter. Parameter pertama adalah keterjangkauan, dalam arti bagaimana daya masyarakat atau keterjangkauan masyarakat terhadap pangan. Di dalam GFSI parameter keterjangkaun ini juga meningkat.

Itu menandakan kemampuan masyarakat di pangan cukup besar. "Parameter kedua disebut sebagai ketersediaan," ujarnya.

Ketersediaan pangan dalam konteks ketahanan pangan tentunya tidak memandang darimana pangan berasal. Maksudnya, pangan tersebut yang penting tersedia bagi masyarakat baik merupakan produksi dalam negeri maupun impor.

Impor tersebut tidak menjadi acuan. Hal ini membuat parameter ketersediaan pangan Indonesia tinggi. Meski disayangkan karena kebutuhan Indonesia memang tinggi dari impor termasuk dalam kurun waktu empat tahun terakhir. "Kalau dari data yang ada untuk 21 komoditas itu peningkatannya 3,8 juta ton dari 18,2 juta menjadi 22 jt ton," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement