Ahad 10 Feb 2019 16:39 WIB

Ekonom Sarankan Biaya Parkir Pesawat Diturunkan

Harga tiket pesawat yang masih tinggi dianggap menjadi penyebab sepinya penumpang

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Beberapa pesawat milik maskapai penerbangan Lion Air parkir di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Beberapa pesawat milik maskapai penerbangan Lion Air parkir di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan maskapai menjual harga tiket dengan tarif tinggi, salah satunya biaya parkir pesawat. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyarankan biaya parkir pesawat seharusnya dapat diturunkan.

Dia menjelaskan untuk mengatasai persoalan harga tiket yang tinggi, paling tidak hal tersebut harus dilakukan dalam jangka pendek ini. “Pemerintah bisa berikan penugasan kepada Angkasa Pura atau operator bandara untuk turunkan landing fee atau biaya parkir,” kata Bhima kepada Republika, Ahad (10/2).

Baca Juga

Selain soal tarif pakir, ada beberapa hal lain yang juga harus ditangani agar maskapai tidak menjual tiket pada kisaran harga yang tinggi. Padahal saat ini seharusnya sudah memasuki low season sehingga maskapai seharusnya dapat menjual harga tiket lebih rendah.

Persoalan regulasi batas bawah tarif tiket pesawat juga menurut Bhima perlu diatasi saat ini Terutama aturan batas bawah harga tiket yang membuat maskapai tidak fleksibel. “Iya, itu (tarif batas bawah) juga bisa dievaluasi lagi,” ujar Bhima.

Saat ini harga tiket pesawat yang masih tinggi dianggap menjadi penyebab sepinya penumpang di sejumlah bandara. Salah satunya di Lombol International Airport (LIA) hingga banyak sopir taksi mengeluhkan sepinya penumpang pesawat saat ini.

Salah seorang sopir travel di LIA, Hendra (30) bahkan mengaku sudah dua hari tidak mengantar penumpang. Padahal dirinya selalu bersiap di konter yang berada tepat di depan pintu kedatangan penumpang. “Sepi sejak gempa, sekarang tiket naik dan bagasi bayar yang membuat semakin sepi," ujar Hendra kepada Republika, Sabtu (9/2).

Sementara itu, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Polana B Pramesti menganggap hal tersebut msih wajar terjadi saat low season. “Kalau memang (harga tiket pesawat tinggi) itu karena low season. Kalau low season, maskapai butuh hidup. Itu salah satu sebabnya,” kata Polana di Bandara Soekarno Hatta, Ahad (10/2).

Meskipun begitu, Polana menilai tiket pesawat yang dijual saat ini tidak terlalu tinggi namun masih pada batas wajar. Dia menegaskan hingga saat ini, tidak ada maskapai yang melanggar batas atas tiket pesawat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement