REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan jalan tol merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Kehadiran jalan tol dinilai membantu kelancaran distribusi barang dan jasa.
"Saya melihat jalan tol sebagai sumber pertumbuhan ekonomi karena dengan adanya jalan tol, kelancaran transportasi menjadi lebih baik, biaya logistik bisa turun," ujar Bambang usai acara peluncuran Buku Kebijakan untuk Mendukung Pembangunan Sektor Manufaktur di Indonesia 2020-2024, di Jakarta, Jumat (8/2).
Menurut Bambang, untuk memperlancar arus barang, tidak bisa hanya bergantung pada jalan arteri. Jalan arteri sendiri rawan rusak karena dilewati truk-truk besar, yang kemudian menimbulkan biaya yang lebih besar bagi pemerintah untuk pemeliharaan jalan tersebut karena pemakaian yang di luar batas.
"Jadi jalan tol itu sebenarnya untuk kelancaran orang dan barang sehingga nantinya biaya logistik turun, aktivitas ekonomi akan muncul dengan sendirinya," kata Bambang.
Baca juga, Kata Jasa Marga Soal Tarif Tol Trans-Jawa yang Dinilai Mahal
Sementara itu, terkait masih mahalnya tarif tol terutama Tol Trans-Jawa, ia menilai diperlukan adanya perhitungan bersama antara operator jalan tol dan pengguna jalan, terutama armada truk. Sehingga, tarif yang diberikan tidak terlalu memberatkan salah satu pihak.
"Jadi paling penting nanti tinggal hitung-hitungan lah antara operator tolnya dengan potential user-nya. Berapa harganya yang bisa atau mungkin ada harga khusus yang bisa diberikan kepada angkutan truk. Karena jalan tol itu dibikin sebetulnya untuk memudahkan angkutan barang," ujar Bambang.
Sebelumnya, Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi Suhendra Ratu Prawiranegara menyebut tarif tol di Indonesia tergolong paling mahal se-Asia Tenggara, dengan rata-rata Rp 1.300 hingga Rp 1.500 per kilometer. Ia menyebutkan tarif tol di negara-negara Asia Tenggara lainnya lebih murah, antara lain di Singapura Rp 778 per kilometer, di Malaysia Rp 492 per kilometer, di Thailand Rp 440 per kilometer, di Vietnam Rp 1.200 per kilometer dan Filipina Rp 1.050 per kilometer.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) juga menyoroti tarif tol Trans-Jawa masih mahal, baik untuk kendaraan pribadi maupun angkutan barang atau truk. YLKI mengusulkan agar tarif tol Trans Jawa dievaluasi atau diturunkan.