REPUBLIKA.CO.ID, LAMONGAN -- Kementerian Pertanian (Kementan) memfasilitasi petani Lamongan dan peternak Blitar untuk menghasilkan kesepakatan pemberian jagung antar kedua kabupaten. Kesepakatan ini akan menjembatani keduanya dengan Bulog berada di tengah.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjelaskan, dalam perjanjian tersebut, Bulog harus menyerap jagung dari petani Lamongan dalam musim panen raya saat ini. Setelahnya, Bulog harus mengatur pasokan dari Lamongan ke peternak Blitar. "Harganya harus sesuai dengan peraturan yang sudah ada. Bulog jangan ambil untung banyak," kata dia, dalam acara panen raya di Lamongan, Jawa Timur, Rabu (6/2).
Kesepakatan antar Lamongan dengan Blitar bukan tanpa alasan. Sebagai salah satu sentra ternak ayam petelur di Indonesia, kebutuhan Blitar terhadap jagung pakan sangat tinggi. Sementara itu, Lamongan sebagai sentra pertanaman jagung memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.
Perjanjian kerjasama ini dinilai Amran sebagai langkah konkrit memberi kepastian pasar pada petani dan memenuhi kebutuhan akan jagung peternak ayam Blitar. Pihak Kementan turut menandatangani perjanjian yang diwakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita dan Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi.
Untuk menunjang hasil kesepakatan Lamongan dengan Blitar, Kementan memberikan bantuan dengan nilai sekitar Rp 70 miliar. Di antaranya 20 mesin pengering jagung atau dryer dengan kekuatan 10 ton per delapan jam. Kendali mesin ini berada di Dinas Pertanian dan Bulog, sehingga dapat dipastikan jagung petani Lamongan akan diserap Bulog dan hasilnya dikirim ke Blitar.
Selain dryer, pemerintah pusat juga akan memberikan bantuan 10 traktor roda empat serta lima unit alat panen. Bantuan berupa bibit unggul jagung sebanyak 20 ribu buah juga diserahkan. "Kami naikkan dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, supaya lebih banyak produktivitasnya," ujar Amran.
Pada tahun 2018, Kementan telah memberikan bantuan berupa: UPPO (Unit Pengolah Pupuk Organik) sebanyak 17 unit senilai Rp 2,5 Miliar, Dryer UV sebanyak 10 unit senilai Rp 1,87 Miliar, Rice Milling Unit (RMU) modern sekitar Rp 500 juta.
Sementara itu, Wakil Bupati Lamongan Kartika Hidayati mengatakan, luas lahan jagung di Kecamatan Modo sendiri 1.627 hektar (ha) yang dimiliki oleh beberapa kelompok tani dengan rata-rata kepemilikan 0,5 ha per orang.
Mengutip dari data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Lamongan, Kartika memperkirakan, panen jagung di Kabupaten Lamongan hingga pekan ketiga Februari 2019 seluas 11.395 ha. "Titik lokasi panen di antaranya di Kecamatan Modo, Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Sukorame, Mantup dan Solokuro," katanya.
Ketua Kelompok Petani Rekso Mulyo Kecamatan Modo, Tumiaji mengatakan, mesin pengering menjadi kebutuhan mendesak bagi para petani. Sebab, apabila menggunakan metode konvensional dengan dijemur di bawah sinar matahari, dapat memakan waktu tiga jam. Sedangkan, dengan menggunakan dryer, jagung dapat kering dalam hitungan jam saja.