Senin 04 Feb 2019 23:54 WIB

Soal Fintech, Ahli: Jangan Tergiur Tawaran Bunga Rendah

Masyarakat perlu belajar hal simpel menghitung bunga.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Andi Nur Aminah
Perusahaan financial technology (fintech) asal Cina di Indonesia
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Perusahaan financial technology (fintech) asal Cina di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli digitalisasi keuangan PT Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan, sebelum memutuskan untuk menggunakan pinjaman online, seperti fintech, masyarakat perlu belajar beberapa hal. Salah satunya jangan mudah tergiur dengan tawaran bunga yang rendah.

"Masyarakat perlu belajar hal simpel menghitung bunga, perlu mengetahui kapan bunga itu mahal dan kapan bunga itu murah. Jangan mudah tertipu dengan gimmick bayar tujuh hari, 14 hari dan jangan terlena dengan bunga satu persen per hari," katanya kepada Republika.co.id, saat ditemui usai diskusi publik di Kantor LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (4/2) sore.

Ia menuturkan, penawaran pinjaman online dengan bunga yang rendah per hari, bukanlah sebuah jaminan. Melainkan hanya sebuah trik penjualan (marketing). "Karena kalau fintech menawarkan bunga per bulan, akan keliatan gede," ucapnya.

Selain itu, Alfons menyebut, ada trik lainnya yang juga dilakukan fintech, yaitu biaya admin. "Misal kan, pinjam Rp 2 juta, biaya admin Rp 250 ribu, kan keliatan kecil. Tapi Rp 250 ribu itu sama dengan 12,5 persen per tahun. Kamu pinjamnya cuma sebulan, biaya admin Rp 250 ribu. Artinya, 12,5 persen x 12 bulan. Biayanya terlalu tinggi," papar Alfons.

Menurutnya, masyarakat cenderung menggunakan fintech karena terdesak atau kepepet untuk mencari pinjaman uang. Oleh karena itu, ia menjelaskan, pentingnya pendidikan pengelolaan finansial yang baik dan mengurangi gaya hidup yang konsumtif. "Alternatifnya satu memang ke pengelolaan keuangan. Tapi yang jelas fintech itu cara terakhir," tuturnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement