REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS jatuh pada akhir perdagangan Rabu (30/1) atau Kamis (31/1) pagi WIB. Kejatuhan dolar AS ini terjadi setelah Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah dan berjanji berhati-hati dalam kebijakan masa depan tentang penyesuaian suku bunga.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dalam sebuah pernyataan, setelah mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu (30/1) mengatakan para hakim Komite memutuskan untuk mempertahankan kisaran target untuk suku bunga federal fund pada 2,25 persen hingga 2,50 persen.
"Mengingat perkembangan ekonomi dan keuangan global dan tekanan inflasi yang diredam, Komite akan bersabar ketika menentukan penyesuaian di waktu mendatang pada kisaran target suku bunga federal fund yang mungkin sesuai untuk mendukung hasil ini," kata FOMC dalam sebuah pernyataannya.
Ketua Fed Jerome Powell juga mengatakan kasus untuk menaikkan suku bunga "telah melemah" dalam sebuah konferensi pers setelah pertemuan FOMC pada Rabu (30/1).
Investor telah memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga The Fed tahun ini akan kurang daripada empat kali yang dilakukan pada tahun 2018. Itu mungkin akan meningkatkan aliran uang di pasar keuangan global tahun ini, yang membuat dolar AS kurang bernilai dibandingkan dengan mata uang lainnya.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1481 dolar AS dari 1,1427 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,3112 dolar AS dari 1,3100 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7254 dolar AS dari 0,7148 dolar AS.
Dolar AS dibeli 108,93 yen Jepang, lebih rendah dari 109,27 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9941 franc Swiss dari 0,9950 franc Swiss, dan jatuh ke 1,3148 dolar Kanada dari 1,3283 dolar Kanada.