Senin 28 Jan 2019 14:53 WIB

Harga Bawang Merah di Tingkat Petani Makin Terjun Bebas

Harga bawang merah berada di kisaran Rp 6.000.

Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani membersihkan bawang merah hasil panen di Pekandangan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (06/11/2018).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petani membersihkan bawang merah hasil panen di Pekandangan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (06/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Nasib petani bawang merah di Kabupaten Cirebon semakin memprihatinkan. Dalam dua pekan terakhir, harga bawang yang semula anjlok, kini semakin terjun bebas.

"(Petani bawang merah) sekarang bukan hanya menangis, tapi sudah Innalillahi,’’ kata seorang petani bawang merah asal Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Wasirudin, kepada Republika.co.id, Senin (28/1).

Wasirudin menyebutkan, harga bawang merah di tingkat petani saat ini hanya di kisaran Rp 6.000 – Rp 7.000 per kilogram. Padahal, dua pekan sebelumnya, harga bawang merah di tingkat petani masih Rp 12 ribu per kilogram. Sedangkan pada awal Januari, harganya  sempat menyentuh angka Rp 20 ribu per kilogram.

Dengan harga bawang merah yang hanya Rp 6.000 – Rp 7.000 per kilogram, Wasirudin menyebutkan, petani mengalami kerugian yang sangat besar. Sebab, modal yang telah dikeluarkan tak sebanding dengan hasil penjualan panen kali ini.

Selama musim tanam, Wasirudin mengaku mengeluarkan modal sekitar Rp 100 juta per hektare. Namun, dengan hasil panen yang mencapai sepuluh ton per hektare dan harga bawang merah yang hanya Rp 6.000 – Rp 7.000 per kilogram, maka hasil yang diperoleh hanya Rp 60 juta – Rp 70 juta per hektare.

Padahal, lanjut Wasirudin, modal yang digunakannya untuk menanam bawang merah diperoleh dari utang ke bank. Dengan hasil panen saat ini, dia jadi kesulitan untuk membayar cicilan ke bank. Hal serupa, dikatakannya juga dialami para petani bawang merah lainnya.

"Rata-rata petani bawang merah itu dapat modalnya ya dari utang,’’ kata Wasirudin.

Tak hanya kesulitan membayar cicilan utang, para petani bawang merah juga akan kesulitan memperoleh modal untuk musim tanam berikutnya. Diperkirakan akan ada sejumlah petani yang tidak bisa lagi menanam bawang merah.

"Petaninya gulung tikar, tidak bisa tanam lagi,’’ kata Wasirudin.

Wasirudin pun mengaku kecewa dengan sikap pemerintah yang dinilainya tutup mata terhadap nasib petani bawang merah. Janji pemerintah untuk membeli bawang merah milik petani, hingga kini hanya sebatas janji.

Petani bawang merah lainnya, Jajo, juga mengaku sangat kecewa dengan rendahnya harga bawang merah saat ini. Apalagi, untuk kebutuhan bibit bawang merah yang ditanamnya, diperoleh dari berutang ke pedagang bibit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement