Selasa 22 Jan 2019 18:29 WIB

Mangkrak di Swasta, PLN Pastikan Garap WKP Gunung Ungaran

Penggunaan EBT geothermal harus dimulai karena penggunaan BBM harus berkurang.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Gita Amanda
Potensi panas bumi Gunung Ungaran.
Foto: Bowo Pribadi
Potensi panas bumi Gunung Ungaran.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Masa depan pengembangan potensi panas bumi di Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, mulai menunjukkan titik terang, setelah sekian tahun tidak ada kejelasan. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo memastikan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) akan menggarap potensi geothermal di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Ungaran yang sempat mangkrak di tangan swasta tersebut.  

“Kami menyambut baik PT PLN (Persero), yang akan mengambil langkah tepat dalam memanfaatkan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) tersebt,” ungkapnya, di Semarang, Selasa (22/1).

Gubernur menegaskan, perusahaan negara tersebut bakal menggarap proyek geothermal WKP Gunung Ungaran. Penggunaan EBT geothermal harus dimulai dari saat ini, karena konsumsi bahan bakar minyak harus berkurang.

Di sisi lain pemanfaatan gas bumi juga belum optimal dan penggunaan batu bara acap kali bermasalah dengan lingkungan. Sementara energi baru terbarukan dari angin belum bagus dan energi surya belum optimal.

“Maka sebenarnya, panas bumi inilah yang paling jos dan kita punya potensi itu. Sebenarnya rumusnya sederhana, di mana ada gunung berapi, di situ pasti ada potensi panas buminya,” ujar Ganjar.

Ia juga menjelaskan, Jawa Tengah, punya potensi Gunung Lawu, Gunung Slamet, Telomoyo dan hari ini ada di Gunung Ungaran yang lebih dekat. Eksplorasi panas bumi Gunung Ungaran saat ini telah dipegang oleh PT PLN (Persero).

Sehingga gubernur berharap, ini bisa mempercepat pengerjaan proyek, terlebih dengan meningkatnya porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi 2025 yang ditargetkan mencapai 23 persen. Kendati begitu, orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah ini juga mengingatkan perlunya sosialisasi kepada masyarakat, agar masyarakat mengerti apa itu panas bumi dan potensi pemanfaatannya.

Sebab pengalaman selama ini, yang jamak dihadapi di lapangan biasanya kendala sosial. Makanya pendekatan, sosialisasi kepada masyarakat dan pemahaman menjadi sangat penting bagi PT PLN (Persero). Pemahaman yang dimaksud meliputi cara kerja pemanfaatan geothermal serta luasan yang diterima seperti apa. Sehingga masyarakat jadi mengerti.

“Kita harus belajar dari Gunung Lawu, orang bilang nggak setuju, nggak setuju karena takut dampaknya bagi mereka. Maka harus diberikan pemahaman terlebuh dahulu agar masyarakat tahu maksud pengembangan EBT ini,” ujarnya.

Sehingga, masih menurut Ganjar, kalau bicaranya jangka panjang, kebutuhan energi khususnya listrik untuk masyarakat bisa ter-cover semuanya dan panas bumi tentunya adalah pilihan yang bagus. Kendati investasinya mahal, tetapi seterusnya tidak harus memikirkan operasional yang berat.

“Karena panas bumi memang energi panas tersebut sudah muncul dari dalam bumi dan hanya tinggal mengelola,” katanya.

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara PT PLN (Persero), Djoko Rahardjo Abumanan menjelaskan, Jawa Tengah punya enam wilayah potensial panas bumi. Yakni Gunung Ungaran, Gunung Lawu, Baturaden, Gucci (Lereng Gunung Slamet), Telomoyo dan Dataran Tinggi Dieng. Untuk WKP Ungaran telah dikeji mampu memproduksi 55 Megawatt (MW).

Ia juga mengakui, untuk Jawa Tengah PLN berharap jika Ungaran sudah jadi, kemudian dilanjutkan pemanfaatan potensi panas bumi di Baturaden, akan bisa mempercepat bauran energi. “Kita punya roadmap, kalau satu pembangkit itu sudah menaikkan kapasitas 12 persen, kalau dua pembangkit sudah 24 persen. Padal selama ini pertumbuhan kita dalam satu tahun secara historical 2 sampai 1 persen,” katanya.

Untuk menggenapi target 2025, lanjut Djoko, delapan blok panas bumi yang telah ditugaskan kepada PLN meliputi WKP Mataloko 22,5 MW, WKP Atedei 10 MW dan WKP Ulumbu 50 MW (Nusa Tenggara Timur), WKP Songa Wayaua 10 MW (Maluku Utara), WKP Gunung Tangkuban Perahu 60 MW (Jawa Barat) serta WKP Tulehu 2x10 MW di Ambon.

Termasuk WKP Gunung Ungaran 55 MW di Jawa Tengah dan WKP Kepahiang 110 MW di Bengkulu. Sedangkan tiga wilayah yang masih diproses yaitu WKP Danau Ranau di Sumatera Selatan 110 MW serta Oka Ile Ange 10 MW dan Gunung Sirung 5 MW di Nusa Tenggara Timur.

PLN sangat berharap semuanya ini bisa terwujud. “Mudah- mudahanan segera terwujud, karena kita butuh pembangkit- pembangkit baru untuk memanfaatkan EBT ini,” tambah Djoko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement