Senin 21 Jan 2019 11:50 WIB

LPEI Dukung Pembiayaan INKA Ekspor Kereta ke Bangladesh

Inka mengirim 15 kereta penumpang ke Bangladesh

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (tengah) bersama Dirut PT INKA Budi Noviantoro (kedua kanan), Deputi Bidang Infrastruktur Bisnis Kementerian BUMN Hambra (kiri), Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank Sinthya Roesly (kedua kiri) dan Duta Besar Indonesia untuk Bangladesh dan Nepal Rina P Soemarno (kanan) berbincang saat proses pemuatan gerbong kereta tipe 'Broad Gauge' pesanan negara Bangladesh, kedalam lumbung kapal, di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (20/1/2019).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (tengah) bersama Dirut PT INKA Budi Noviantoro (kedua kanan), Deputi Bidang Infrastruktur Bisnis Kementerian BUMN Hambra (kiri), Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank Sinthya Roesly (kedua kiri) dan Duta Besar Indonesia untuk Bangladesh dan Nepal Rina P Soemarno (kanan) berbincang saat proses pemuatan gerbong kereta tipe 'Broad Gauge' pesanan negara Bangladesh, kedalam lumbung kapal, di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (20/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pemerintah Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank memberikan pembiayaan menggunakan skema National Interest Account (NIA)/Penugasan Khusus Ekspor kepada PT Inka (Persero) sebesar Rp 775,6 miliar. Pembiayaan itu untuk 50 Kereta Penumpang tipe BG (Broad Gauge) dan 200 Kereta Penumpang tipe MG (Meter Gauge) yang dipesan oleh Bangladesh melalui Bangladesh Railway.

Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly mengatakan, pembiayaan ekspor yang diberikan LPEI kepada INKA merupakan bentuk sinergi dengan salah satu BUMN strategis. "Tujuannya, untuk mendorong ekspor Indonesia," tuturnya dalam rilis yang diterima Republika, Senin (21/1).

LPEI diberikan mandat oleh pemerintah untuk penyediaan pembiayaan, penjaminan dan asuransi ekspor dalam mendukung program ekspor nasional. Perwujudan pelaksanaan mandat tersebut salah satunya adalah penguatan Pembiayaan Ekspor melalui skema NIA. Skema ini diberikan untuk menyediakan pembiayaan ekspor atas transaksi yang secara komersil sulit dilaksanakan, tetapi dianggap perlu oleh Pemerintah.

Sebagai tindak lanjut atas mandat ini, Sinthya mengatakan, Menteri Keuangan (Menkeu) menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No.513/KMK.08/2018 (perubahan atas KMK No.374/KMK.08/2017) tentang Penugasan Khusus kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia untuk Menyediakan Pembiayaan Ekspor Kereta Penumpang dan Gerbong Barang Kereta Api. Melalui melalui KMK itu, LPEI ditugaskan kembali oleh pemerintah untuk memberikan fasilitas pembiayaan ekspor kepada badan usaha. Mereka harus memiliki kemampuan dan kapasitas memproduksi kereta penumpang dan gerbong barang kereta api untuk di ekspor ke Bangladesh dan juga Sri Lanka. 

"Pembiayaan ekspor ini termasuk dalam bentuk buyer’s credit, penjaminan dan/atau asuransi," ujar Sinthya.

Baca juga, Inka Ekspor Kereta ke Bangladesh

Pengiriman tahap pertama sebanyak 15 kereta penumpang tipe BG ke Bangladesh ini dinilai Sinthya sebagai perkembangan nyata atas penggunaan modal kerja ekspor untuk mendukung Inka melakukan ekspansi bisnis ke pasar internasional khususnya pasar prospektif.  Selanjutnya, akan dilakukan pengiriman atau shipment secara bertahap sehingga terpenuhinya pesanan Bangladesh Railways pada tahun 2020.

Skema NIA untuk Inka bukan baru pertama dilakukan. Sebelumnya, di tahun 2016, LPEI juga telah memberikan pembiayaan dengan skema NIA kepada PT Inka (Persero) untuk melakukan produksi 150 kereta dengan nilai kontrak 72,39 Juta dolar AS.

Ekspor kereta penumpang ke negara Bangladesh memiliki nilai strategis bagi PT Inka dan industri strategis Indonesia. Sinthya berharap, keberhasilan PT Inka menjual produknya ke Bangladesh membuka peluang bagi pelaku usaha Indonesia lainnya untuk turut bersaing memasuki pasar prospektif di kawasan Asia dan Afrika.

Menurut Sinthya, pembiayaan atas proyek produksi gerbong penumpang kereta api ini memiliki nilai multiplier bagi perekonomian Indonesia. Tidak hanya terbatas pada Inka, juga pada industri besar lainnya dan pelaku UKM dalam negeri yang memiliki peran dalam memasok kebutuhan untuk industri kereta api. "Seperti industri baja, industri pengecoran, industri komponen kereta, industri permesinan serta trickle down effect terhadap banyak pelaku UKM yang menjadi mitra kerja Inka," ucapnya.

Sebelumnya, Inka melakukan pengiriman hasil tender yang nantinya berjumlah total 250 gerbong kereta penumpang ke Bangladesh di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Ahad (20/1). Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, ini menunjukkan, industri kereta api nasional semakin memiliki daya saingnya dengan kembali melakukan ekspor.

"Ini menunjukan kemampuan engineering dan produk nasional yang sudah bisa menembus pasar ekspor sekaligus menembus pasar-pasar nontradisional," ujar Airlangga dalam rilis yang diterima, kemarin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement