REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak menguat sebesar lima poin ke posisi Rp 14.175 dibandingkan sebelumnya Rp 14.180 per dolar AS. Harapan membaiknya hubungan dagangan Amerika Serikat dengan China mendorong minat pelaku pasar pada aset berisiko.
"Situasi itu membuka peluang bagi mata uang berisiko sepeti rupiah untuk terapresiasi," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat (18/1).
Ia mengatakan Wakil Perdana Menteri Cina Liu He akan mengunjungi AS pada 30-31 Januari untuk pembicaraan perdagangan berikutnya. Pertemuan tersebut diharapkan menghasilkan pembicaraan yang meredam perang dagang antara kedua negara.
Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengungkapkan pernyataan serupa. Ia mengatakan pasar menyambut positif pertemuan itu dengan harapan kesepakatan tarif antara AS-China.
"Data-data ekonomi Cina belakangan ini menunjukkan penurunan, bahkan PMI (purchasing managers index) sektor manufaktur sudah di bawah level 50 yang artinya kontraksi," katanya.
Dengan adanya kesepakatan, lanjut dia, diharapkan dapat menahan perlambatan ekonomi, mengingat perlambatan China akan berdampak pada global dan ekonomi Asia. "Ekonomi China merupakan salah satu motor ekonomi Asia," katanya.