REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyatakan, cara untuk menekan defisit neraca perdagangan di dalam negeri yakni dengan meningkatkan kapasitas ekspor. Di sisi lain, impor harus mulai dikurangi.
"Neraca dagang defisit itu tidak ada cara lain, ekspor kita tinggi, tapi tidak sebesar impornya, harus tingkatkan kapasitas ekspor dan kurangi impor," ujar Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan dalam acara The World: Future Trajectory, Opportunity, and Challenges di Hotel Mandarin, Kamis (17/1).
Adapun dalam pidatonya, Jusuf Kalla juga menyoroti perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina, yang menimbulkan dampak ekonomi bagi dunia. Terkait hal tersebut, menurut Jusuf Kalla, Indonesia harus mengambil peluang dengan menjajaki pasar ekspor baru dan menyelesaikan negosiasi perdagangan bebas.
"Kita buka peluang ekspor ke banyak negara, perbaiki GSP dengan Amerika Serikat, masuk ke Uni Eropa, buka perdagangan," kata Jusuf Kalla.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2018 tercatat defisit sebesar 8,57 miliar dolar AS. Defisit tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah sejak 1975.
Defisit disebabkan impor selama tahun 2018 yang melonjak 20,15 persen menjadi 188,63 miliar dolar AS dari tahun sebelumnya 156,99 miliar dolar AS. Sementara, nilai ekspor hanya tumbuh 6,65 persen menjadi 180,06 miliar dolar AS dibanding tahun sebelumnya, 168,83 miliar dolar AS.