Rabu 16 Jan 2019 22:55 WIB

Kemenko Perekonomian: Ritel Tutup Bukan karena Daya Beli

Kemenko meyakini kegiatan ekonomi meningkat tercermin dari indeks keyakinan konsumen

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga memasuki gerai Hero yang masih buka di kawasan Gondangdia, Jakarta, Selasa (15/1).
Foto: Republika/Prayogi
Warga memasuki gerai Hero yang masih buka di kawasan Gondangdia, Jakarta, Selasa (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir menilai, penutupan sejumlah ritel modern pada awal 2019 bukan disebabkan pelemahan daya beli. Menurutnya, faktor penyebab fenomena tersebut adalah pergeseran pola belanja masyarakat ke niaga elektronik sekaligus persaingan di antara toko ritel konvensional itu sendiri.

"Kalau saya analisis justru kegiatan ekonomi meningkat tercermin dari indeks keyakinan konsumen meningkat serta ritel dan impor yang meningkat," kata Iskandar ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (16/1). 

Baca Juga

Menurut Iskandar, penutupan gerai ritel juga menjadi masalah yang terjadi di sejumlah negara. Dia menyebut, gerai ritel di AS seperti Walmart dan Toys R Us termasuk yang memilih untuk menutup gerai-gerainya dalam dua tahun terakhir. 

"Penyebab mereka tutup adalah terjadi shifting belanja online dan persaingan ritel yang menjual barang-barang yang jauh lebih murah," kata Iskandar. 

Sebelumnya diberitakan, PT Hero Supermarket Tbk berupaya menerapkan strategi keberlanjutan bisnis. Di antaranya dengan memaksimalkan produktivitas kerja melalui proses efisiensi atau penutupan toko.

Hero menyatakan, sebanyak 532 karyawan terkena dampak efisiensi tersebut. Lalu sebanyak 92 persen di antaranya telah mengerti sekaligus sepakat mengakhiri hubungan kerja dengan perseroan.

Corporate Affairs GM Hero Supermarket Tony Mampuk menyebutkan, sebanyak 26 toko Hero sudah ditutup. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement