REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT ASDP Indonesia Ferry menyiapkan dana sebesar Rp 2,2 triliun untuk mengembangkan bisnis sekaligus berinvestasi pada sejumlah infrastruktur. Pasalnya, perusahaan milik negara di bidang jasa angkutan penyebrangan laut ini berencana melakukan ekspansi dan transformasi.
Direktur Utama ASDP Ferry Ira Puspadewi menjelaskan, perseroan akan melanjutkan transformasi yang telah dilakukan pada tahun lalu. Meliputi transformasi bisnis, Sumber Daya Manusia (SDM) dan budaya, serta digitalisasi.
"Pada 2019 ASDP tidak hanya mendorong konektivitas antarpulau, tapi juga memperkuat sektor logistik. Kemudian mampu mendorong pengembangan pariwisata dan perekonomian masyarakat setempat," tutur Ira kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (16/1).
Dirinya menyebutkan, salah satu yang menjadi fokus percepatan tahun ini adalah pengembangan Terminal Eksekutif Merak dan Bakauheni agar beroperasi secara penuh. Selain itu, proyek pariwisata Labuan Bajo Marina pun akan dikebut.
"Ditargetkan untuk operasional area komersial di Labuan Bajo diharapkan pada Maret, diikuti hotel pada Juni, dan proyek Marina pada September," kata Ira. Melalui proyek ini diharapkan, penumpang kapal Ferry tidak hanya menyebrang tapi sekaligus berwisata pula.
Ia menambahkan, tahun ini perseroan juga berencana menambah 11 kapal. Kini ASDP telah memiliki 151 kapal.
"Target kami dalam lima tahun ke depan ada 54 kapal baru. Baik yang benar-benar baru maupun membeli yang sudah ada namun kelayakannya dipastikan oleh tim ahli, karena pembuatan kapal baru tidak bisa langsung jadi perlu waktu," jelas Ira.
Sementara untuk transformasi digital, ia menambahkan, salah satu yang difokuskan pada 2019 yakni memperluas penjualan tiket melalui channel distribusi online. Sekaligus implementasi pembayaran nontunai atau cashless berupa kartu elektronik sebagai pengganti transaksi tunai.
Transaksi cashless, kata dia, sudah dilakukan di Pelabuhan Merak, Bakauheni, Ketapang, dan Gilimanuk. "Jadi kita bersinergi dengan empat bank Himbara (Himpunan Bank Negara), kita gunakan e-money mereka, jadi nggak buat platform baru," kata Ira.
Menurutnya, pembayaran secara cashless harus dilakukan karena bisa mencegah kebocoran hingga 20 persen. Dengan begitu bisa mengubah perilaku masyarakat Indonesia.
"Jadi kami akan terus lakukan transaksi cashless. Memang cara cukup cepat mengubah perilaku yakni dengan digitalisasi," tuturnya.
Direktur Keuangan ASDP Indonesia Ferry Djunia Satriawan menambahkan, dana Rp 2,2 triliun tersebut didapat dari Penyertaan Modal Negara (PNM) serta dana internal perusahaan. "Sebenarnya PNM sudah berikan dana sejak 2015 sebanyak Rp 1 triliun, lalu tahun ini tersisa Rp 500 miliar. Jadi dari Rp 2,2 triliun itu, sekitar Rp 1,7 triliun merupakan dana internal," jelasnya pada kesempatan serupa.
Lebih lanjut Djunia menjabarkan, sebanyak 39 persen dari total dana yang disiapkan akan digunakan untuk merekondisi kapal yang sudah tua, serta membeli 11 kapal baru. Lalu 24 persen di antaranya bakal digunakan mengembangkan dermaga yang menghubungkan Merak-Bakauheni terutama terminal eksekutif yang saat ini sedang dalam penyelesaian.
Sementara sisanya digunakan untuk perbaikan fasilitas pelabuhan. Hal ini demi memenuhi standar minimal pelabuhan seperti yang dipersyaratkan oleh Kementerian Perhubungan.