REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan membatasi kuota penjualan surat utang ritel SBR005 sebesar Rp 5 triliun. Obligasi negara tersebut telah resmi dijual untuk umum mulai 10 hingga 24 Januari 2019.
"Kan ada sepuluh kali penerbitan yang ritel. Jadi kita sebar," kata Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Loto Srinaita Ginting dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (10/1).
Loto menjelaskan, total rencana penerbitan SBN bruto pada 2019 adalah sebesar Rp 825,7 triliun. Sementara, penjualan surat utang ritel adalah 9 hingga 10 persen dari total SBN Bruto atau sekitar Rp 80 triliun. Sehingga, ujar Loto, pemerintah akan membagi penjualan surat utang ritel menjadi 10 kali tahun ini. Produk yang akan dijual yakni SBR, sukuk tabungan, sukuk ritel, dan Obligasi Ritel (ORI).
Dengan adanya pembatasan pemesanan, maka sistem bisa menolak pemesanan SBR005 jika telah mencapai kuota maksimal. "Ini juga untuk mengedukasi, kalau mau beli segeralah," kata Loto.
Loto berharap, penjualan SBR005 bisa mengulang kesuksesan penjualan seri sebelumnya yang dijual melalui daring. Untuk diketahui, pemerintah berhasil menghimpun dana sebesar Rp 1,9 triliun dalam penjualan SBR003 dan Rp 7,3 triliun dalam penjualan SBR004.
SBR005 menawarkan tingkat kupon sebesar 8,15 persen untuk periode tiga bulan pertama. Syarat minimal pemesanan adalah sebesar Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar dengan tenor dua tahun.
Seperti seri sebelumnya, SBR005 tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder dan tidak dapat dicairkan sampai jatuh tempo pada 10 Januari 2021. SBR005 bisa dicairkan maksimal 50 persen pada masa pelunasan sebelum jatuh tempo atau early redemption.
SBR005 juga memiliki jenis kupon mengambang dengan tingkat kupon minimal sesuai suku bunga acuan yakni BI 7 Days Reverse Repo Rate. Untuk tiga bulan pertama tingkat kupon adalah sebesar 8,15 persen yang berasal dari BI 7DRRR sebesar 6 persen dan spread tetap 215 basis poin.
Tingkat Kupon berikutnya akan disesuaikan setiap 3 bulan pada tanggal penyesuaian kupon sampai dengan jatuh tempo. Penyesuaian Tingkat Kupon didasarkan pada suku bunga acuan ditambah spread tetap 215 basis poin. Artinya, jika terjadi kenaikan suku bunga acuan BI maka tingkat kupon bisa bertambah. Namun, tingkat kupon sebesar 8,15 persen merupakan imbal hasil minimal dan tidak akan berkurang sampai jatuh tempo.
Masyarakat yang berminat berinvestasi melalui SBR005 dapat membelinya melalui sebelas mitra distribusi yang akan membuka layanan secara daring. Mitra distribusi tersebut yakni BCA, Bank Mandiri, BNI, Bank Permata, BRI, BTN, Trimegah Sekuritas, Bareksa, Tanamduit, Investree, dan Modalku.