Kamis 03 Jan 2019 16:51 WIB

DPR Apresisi Kementan Ekspor Sayuran ke Singapura dan Brunei

Ekspor sudah menopang devisa yang masuk ke Indonesia.

Red: EH Ismail
Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Anggota Komisi IV DPR RI, Cucun Ahmad Samsurijal saat melepas ekspor sayuran ke Singapura dan Brunei di Lembang, Bandung, Kamis (3/1).
Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Anggota Komisi IV DPR RI, Cucun Ahmad Samsurijal saat melepas ekspor sayuran ke Singapura dan Brunei di Lembang, Bandung, Kamis (3/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IV DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal mengaparesiasi kinerja ekspor pangan yang dicapai selama pemerintahan Jokowi-JK khususnya komoditas sayuran. Pasalnya, di awal 2019, Kementan kembali melepas ekspor sayuran ke Singapura dan Brunei Darussalam, padahal sebelumnya sayuran diimpor dari Australia dan Amerika.

"Ini bukti dampak inovasi pertanian yang dilakukan Kementan seperti teknologi benih dan terutama alat mesin pertanian. Secara umum, capaian ekspor pertanian naik 29 persen dan penurunan inflasi pangan 1,26 persen di tahun 2017 merupakan wujud nyata penggunaan APBN sektor pertanian," kata Cucun dalam acara Pelepasan ekspor komoditas hortikultura oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Lembang, Bandung Barat, Kamis (3/1).

Menurut Cucun, ekspor sudah menopang devisa yang masuk ke Indonesia. Dampaknya, Indonesia tidak lagi terus-terusan impor pangan lagi, tetapi justru mengekspor guna memenuhi pangan negara lain.

"Kinerja ekspor pangan saat ini sesui dengan harapan. Ke depan, mudah-mudah Indonesia menjadi lumbung pangan Asia bahkan dunia bisa terwujud," ucapnya.

Menteri Pertanian (Mentan) menjelaskan, upaya yang dilakukan Kementan untuk menggenjot peningkatan volume ekspor yakni melalui bantuan benih berproduksi tinggi, pupuk, alat mesin pertanian, pendampingan dan menciptakan petani milenial yang mampu menciptakan terobosan inovasi teknologi baru. Bahkan menyediakan karpet merah bagi pelaku usaha, sehingga pengurusan izin ekspor dilakukan lebih cepat dan turut membukakan pasar baru bagi eksportir.

“Dulu sayur-sayuran kita impor dari Australia dan Amerika, sehingga pasar swalayan di Bandung dipenuhi sayuran impor. Tapi sekarang tidak lagi, malah kita ekspor. Ini luar biasa kita membalikan impor menjadi ekspor ke Singapura, Brunei Darussalam dan Hongkong. Ini serangan balik dari Indonesia,” ujar Mentan.

Mentan menjelaskan, ekspor sayuran dari Kabupaten Bandung Barat setiap tahunnya mencapai 1.500 ton setahun atau 3,5 sampai 4 ton per hari. Untuk tahun ini dan ke depan, volume ekspornya akan terus ditingkatkan dan negara-negara baru yang menjadi pasar ekspor akan dijajaki, sehingga pasar ekspor semakin diperluas.

“Program peningkatan produksi sayuran yang kami lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tidak sampai di situ, hasilnya sudah berhasil menembus pasar ekspor. Ini prestasi luar biasa, ini prestasi baru dari sekian prestasi di sektor pertanian selama ini. Jadi kita dorong terus ekspor,” ujarnya.

Sementara itu, Pihak PT Momenta Agrikultura selaku eksportir, Davy Rusli mengatakan, usaha budidaya komoditas sayur-sayuran akhir-akhir ini menjadi primadona bagi pelaku usaha atau eksportir. Pasalnya, petani semakin banyak menggeluti budidaya sayur-sayuran sehingga tidak mengalami kekurangan pasokan.

“Karenanya untuk volume ekspor tahun 2019 ini harapan kami bisa lebih dari 2018. Di tahun 2018 itu kira-kira 600 ton yang terdiri dari buncis baby, watercress, edamame, zuchini, kyuri, red oakleft, radichio, luttuche dan lainnya. Kita harapkan ekspor di 2019 mencapai 1.000 ton,” katanya.

Menurut Davy, pihaknya optimis bisa mencapai target ekspor tersebut. Sebab, dukungan dari pemerintah khususnya Kementan sangat tinggi yakni izin ekspor tidak ada masalah. Akan tetapi, diharapkan agar pemerintah membukakan jaringan ke berbagai negara agar menjadi pasar ekspor.

“Harapan untuk pemerintah mungkin jaringan di negara-negara tujuan bisa dibantu untuk dihubungkan. Kami bisa lebih banyak memiliki negara tujuan ekspor. Kita melakukan budidaya dengan bermitra dengan petani saat ini. Cukup banyak diambil dari petani,” ujarnya.

Menanggapi hal ini, Direktur Jendral Hortikultura Kementan, Suwandi mengatakan, potensi produksi sayuran Indonesia untuk mengisi pasar ekspor masih terbuka luas. Kementan bersama kementerian dan lembaga terkait serta pelaku usaha lainnya terus berupaya membuka pasar ekspor baru.

“Kita tinggal tingkatkan lagi kualitas produksi dan penanganan pascapanennya. Sebab kebutuhan akan sayuran segar dan menyehatkan tuntutanya dari konsumen sangat tinggi. Ini yang menjadi peluang kita untuk memperluas negara tujuan ekspor,” tuturnya.

Perlu diketahui, berdasarkan BPS, ekspor hortikultura pada periode Januari- Desember 2018 naik 11,92 persen dibanding periode yang sama tahun 2017 lalu. Pada periode tersebut ekspor sayuran naik 4,8 persen dan ekspor buah naik signifikan 26,27 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement