Rabu 02 Jan 2019 18:51 WIB

OJK Tegaskan tidak Ada Masalah pada Likuiditas Bank 2019

Tekanan pada tahun 2019 diprediksi lebih lembut dibandingkan pada 2018.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution (kiri) didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani (ketiga kanan), Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara (kanan), Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi (kedua kanan), Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso (kedua kiri) dan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen (ketiga kiri) membuka perdagangan saham 2019 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1).
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution (kiri) didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani (ketiga kanan), Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara (kanan), Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi (kedua kanan), Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso (kedua kiri) dan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen (ketiga kiri) membuka perdagangan saham 2019 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan, kondisi likuiditas perbankan tidak akan ada masalah tahun ini. Sebab pada 2019, portofolio investor pun diharapkan banyak yang kembali masuk ke pasar Indonesia. 

"Otomatis kalau portofolio balik, brarti likuiditas money base-nya akan tambah besar sehingga likuiditas akan naik. Deposan juga akan naik lagi," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso kepada wartawan saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, (2/1).

Ia menuturkan, bila terjadi masalah pada likuiditas, Bank Indonesia (BI) akan mengeluarkan beragam instrumen dan kebijakan untuk mengaturnya. Lebih lanjut, kata Wimboh, semakin banyaknya instrumen di pasar modal juga tidak akan mempengaruhi likuiditas bank. 

"Karena duit itu akan kembali ke bank lagi akhirnya. Misalnya, kalau pemerintah kan pastinya nanti untuk pembayaran-pembayaran anggaran pemerintah. Jadi nggak ada masalah," jelas Wimboh. 

Dirinya menegaskan, bank tidak perlu khawatir. Alasannya, hanya bank yang bisa menyimpan uang.

"Jadi kantongnya tetap di perbankan" ujarnya. Pada kesempatan tersebut, Wimboh memproyeksikan, tekanan pada tahun ini lebih lembut dibandingkan pada 2018.

"Di 2018 berat sekali. Dari volatilitas nilai tukar berat, sehingga harus direspon dengan kenaikan suku bunga. Penaikkan suku bunga Amerika Serikat pada tahun ini juga sudah lebih mild, meski rencananya dua kali lagi," tutur Wimboh. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement