Ahad 23 Dec 2018 09:16 WIB

Padi Inpari-24 Balitbangtan Dikembangkan di Bolmut

Petani didorong menanam lebih dari sekali dalam setahun.

Red: EH Ismail
Kegiatan peningkatan Indeks Pertanian (IP) padi di Desa Binjeita, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara.
Foto: Humas Balitbangtan
Kegiatan peningkatan Indeks Pertanian (IP) padi di Desa Binjeita, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, BOLMUT – Petani di Desa Binjeita Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara bergerak cepat setelah selesai panen padi varietas Inpari 31, Ciherang, dan Inpari 30. Pada periode tanam ke dua saat ini, kegiatan peningkatan Indeks Pertanian (IP) padi petani Binjeita langsung menyiapkan bibit Inpari 24 beras merah untuk ditanam.

Penanggung jawab kegiatan peningkatan IP padi di Bolmut Freddy Lala menerangkan, dua kegiatan penting berupa survei sumber daya air dan pola tanam digabung dalam kegiatn IP. “Kegiatan ini sangat bertalian dengan kondisi produksi padi di lahan sawah tadah hujan seperti di Bolmut,” kata Lala.

Dia melanjutkan, penentuan lokasi kegiatan IP di Binjeita sudah melalui tahapan calon petani calon lahan (CPCL). Apalagi, daerah itu sebelumnya merupakan lahan sawah yang hanya sekali panen dalam setahun. Namun, dalam rangka mendukung gerakan tanam dan terus menanam padi jagung dan kedelai (pajale) di salah satu daerah sentra beras di Sulawesi Utara, maka petani pelaksana kegiatan IP di Binjeita digerakkan lagi untuk langsung menyiapkan lahan untuk menanam.

“Kegiatan dilakukan di atas 24 hektare lahan. Kita demplotkan di luasan 3 hektare dengan harapan petani sekitar akan mengikuti penerapan teknologinya.”

Menurut Lala, sesuai tujuan kegiatan peningkatan IP, petani yang biasanya hanya menanam sekali dalam setahun didorong dan digerakkan agar dapat menanam lebih sekali dalam setahun. Hal itu dilakukan dengan menggunakan teknologi dari Balitbangtan.

Teknologi Balitbangtan terbukti berhasil merujuk hasil kegiatan periode lalu. Di tengah cekaman kekeringan, petani dapat melakukan panen padi dengan produkitivitas 5 ton per hektare. Adapun petani yang tidak menerapkan teknologi  pompanisasi dan aplikasi bio silica, hanya berhasil melakukan panen rata-rata 20 persen dari luas lahan yang ditanami.

Teknologi yang diintroduksikan dalam kegiatan tersebut adalah teknologi hasil Balitbangtan, mulai dari identifikasi sumber daya air, penggunaan varietas unggul baru (VUB), pengendalian hama terpadu, pemupukan berimbang, aplikasi bio silica, pendampingan bersama penyuluh BPP dan BPTP, serta peneliti.

Koordinator lapangan perbanyakan benih ES padi sawah Arnold C Turang menambahkan, BPTP Balitbangtan Sulut pada tahun ini memproduksi benih padi Inpari 24 sebanyak 12 ton dan Inpari 31 sebanyak 4 ton. “Itu sudah siap dan sedang disalurkan pada petani untuk mendukung ketersediaan benih unggul baru di daerah. Termasuk yang akan ditanam petani saat ini,” ujar Turang.

Sebagai manager produksi benih padi di UPBS BPTP Balitbangtan Sulut, Turang menyambut baik proaktif Kelompok Tani Daya Karya di Binjeita yang sudah siap menanam varietas Inpari 24.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement