Selasa 18 Dec 2018 16:09 WIB

Pasar Batu Bara Bergeser ke Asia

Permintaan batu bara paling banyak datang dari India, Korea dan negara Asia Tenggara

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Tambang batu bara
Tambang batu bara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Internasional Energy Agency, Keisuke Sadamori mengatakan pasar batu bara yang semula banyak terdapat di Cina, Amerika dan Eropa kini mulai bergeser ke Asia. Pasar Batu bara yang menjadi daya tarik bagi investor hari ini salah satunya adalah India.

Keisuke menjelaskan setelah di 2015-2016 produksi batu bara mengalami penurunan tajam akibat harga yang jeblok. Namun menginjak tahun 2017 dan 2018 saat ini pertumbuhan batu bara mengalami angka yang positif.

"Tahun depan pasarnya akan semakin membaik mengingat harga yang juga masih baik saat ini. Hanya saja target pasar memang bergeser. Paling besar serapan ada di India, Korea dan negara-negara Asia Tenggara," ujar Keisuke, Selasa (18/12).

Keisuke menjelaskan meski secara pasar membaik namun tantangan perusahaan batu bara saat ini tidak terlepas dari kondisi iklim. Kondisi iklim sangat mempengaruhi transportasi logistik.

Selain itu kampanye energi bersih menjadi tantangan perkembangan industri batu bara global. "Apalagi adanya kebijakan pembatasan ekspor impor yang tiba tiba muncul dari berbagai negara. Pergerakan ini perlu menjadi perhatian khusus bagi para perusahaan batu bara," ujar Keisuke.

Selain itu, Keisuke juga membaca adanya pelemahan investasi di sektor batubara saat ini. Khususnya di Indonesia, jumlah investasi industri batubara mengalami diprediksi akan mengalami penurunan hingga 2023 mendatang seiring dengan gencarnya kebijakan renewable energy yang didorong pemerintah.

Namun, penurunan investasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Australia malah cenderung stagnan bersamaan dengan Kolombia, Afrika dan Amerika.

"Hanya Rusia yang memang mengalami sedikit pertumbuhan dalam investasi batubaranya," ujar Keisuke.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement