Ahad 16 Dec 2018 10:01 WIB

Kementan Prioritas Sapi & Kerbau Penuhi Kebutuhan Konsumsi

Populasi kerbau tahun ini meningkat 1.672 ribu ekor.

Red: EH Ismail
Sapi betina wajib bunting (Siwab) melalui upaya khusus (Upsus).
Sapi betina wajib bunting (Siwab) melalui upaya khusus (Upsus).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) memprioritaskan produksi daging sapi, kerbau dan kambing untuk mencapai swasembada komoditas daging. Langkah ini perlu dilakukan mengingat kebutuhan konsumsi dalam negeri masih menggunakan cara impor.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) I Ketut Diarmita mengatakan, setidaknya ada enam parameter keberhasilan yang telah dicapai kementan dalam meningkatkan produksi daging. Enam parameter itu adalah peningkatan populasi ternak sapi dan unggas, peningkatan PDB sub sektor peternakan, peningkatan investasi, peningkatan NTP dan NTUP, peningkatan jumlah tenaga kerja di subsektor peternakan dan terakhir perkembangan ekspor komoditas peternakan.

"Semua parameter keberhasilan ini dikerjakan dalam waktu empat tahun di bawah kepemimpinan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. peningkatan populasi ternak sapi dan kerbau, merupakan kinerja yang paling menonjol," kata Ketut, Sabtu (15/12).

Peningkatan Populasi Ternak Sapi dan Kerbau

Pada 2015 populasi sapi dan kerbau tercatat 17.285 ribu ekor. Kemudian dalam setiap tahunnya, populasi itu terus meningkat. Pada 2018 misalnya, jumlah yang tercatat sebanyak 18.957 ribu ekor atau meningkat 1.672 ribu ekor.

Dengan pencapaian tersebut, swasembada daging sapi maupun kerbau bisa dicapai melalui peningkatan populasi. "Kondisinya yang sudah seimbang atau stabil, meski terjadi pemotongan untuk konsumsi," ujar Ketut.

Cara lain yang digunakan adalah peningkatan produktivitas, yaitu dengan pertambahan bobot badan menjadi lebih besar. Dua faktor ini sangat menentukan produksi daging dalam waktu setahun. Dengan begitu jumlah populasi tidak menurun.

"Berikutnya adalah melalui upaya khusus (Upsus). Jadi antara sapi betina wajib bunting (Siwab). Hasilnya, dari target Inseminasi Buatan (IB) 7 juta dapat direalisasikan 7.586.932. Kemudian, dari target kebuntingan 5.100 ribu ekor, realisasinya mencapai 3.660.885. Dari yang bunting ini, didapat kelahiran sebanyak 2.385.357 ekor," tutur Ketut.

Ketut menjelaskan, untuk mengurangi risiko kerugian usaha ternak, pemerintah sejak 2016, menyediakan asuransi usaha ternak sapi (AUTP) yang mendorong peternak mengembangkan usahanya.

Pemerintah juga menyediakan fasilitas KUR usaha peternakan rakyat dengan tingkat bunga rendah 7 persen. Program ini diyakini bisa meningkatkan jumlah sapi karena bisa digunakan untuk pembelian bibit sapi.

"Peningkatan populasi ini tidak terlepas dari keberhasilan pembinaan terhadap industri peternakan khususnya ayam ras dari hulu sampai hilir termasuk perbibitan, industri pakan, industri penyiapan daging unggas dan pengolahannya," kata dia.

Selain sapi dan kerbau, produksi daging daging ayam potong juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah 1.628 ribu ton di akhir 2015 bertambah menjadi 2.144 ribu ton pada 2018.

"Bahkan, pemerintah juga melakukan impor jagung melalui Bulog sebanyak 100 ribu ton untuk membantu peternak kecil yang kesulitan pakan ternak karena melonjaknya harga jagung dalam negeri. Sebab jagung merupakan 40 persen dari seluruh kebutuhan pakan ternak unggas," pungkasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement