Rabu 12 Dec 2018 14:14 WIB

Kemenperin akan Rilis Penilaian Kesiapan Industri 4.0

Kemenperin juga berencana membangun innovation center.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan dalam acara Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau dan Penyerahan Sertifikat Industri Hijau di Jakarta, Rabu (12/12).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan dalam acara Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau dan Penyerahan Sertifikat Industri Hijau di Jakarta, Rabu (12/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah menyiapkan assesment atau indikator penilaian tingkat kesiapan perusahaan dalam memasuki revolusi industri 4.0 yang disebut Indie 4.0. Penilaian sudah mulai berlangsung pada tahun ini dan akan semakin masif pada 2019. 

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, sifat dari Indie 4.0 adalah self assessment, atau menilai perusahaan dengan melibatkan mereka dalam proses penilaian. Pada kuartal pertama 2019, sejumlah industri akan diundang untuk menghadiri kegiatan workshop. "Dengan demikian, kita bisa ketahui industri mana saja yang memang siap masuk 4.0," ujarnya ketika ditemui di Gedung Kemenperin, Jakarta, Rabu (12/12). 

Menurut Airlangga, penilaian ini menjadi loncatan besar yang harus dimanfaatkan para pelaku industri di tengah perkembangan teknologi. Sebab, apabila dapat melewati penilaian, mereka sudah dianggap memiliki daya saing tinggi dan mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional. 

Baca juga, Cukai Plastik Dorong Industri Hijau

Melalui Indie 4.0, Airlangga berharap, ekosistem industri di Indonesia dapat semakin siap menghadapi revolusi industri. Dalam jangka panjang, aspirasi dari kegiatan ini adalah untuk membantu Indonesia masuk ke jajaran 10 negara dengan perekonomian terbesar dunia pada 2030. 

Selain Indie 4.0, Kemenperin juga berencana membangun innovation center pada 2019. Airlangga mengatakan, konsepnya sama seperti digital capability center di Singapura, yakni membantu perusahaan memenuhi kebutuhan dari disrupsi teknologi di tiap tahap perjalanan transformasi digital mereka. 

Di pusat inovasi tersebut, perusahaan disajikan contoh nyata dari perusahaan lain yang sudah mengadopsi teknologi terbaru. Sembari menunggu pembangunan ini, Kemenperin memaksimalkan lembaga atau badan riset yang sudah ada terlebih dahulu. "Misalnya, lembaga riset agro di Bogor atau balai logam di Bandung," kata Airlangga. 

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kemenperin Ngakan Antara menjelaskan, prioritas Kemenperin saat ini adalah melaksanakan dan mengembangkan Indie 4.0. Terdapat berbagai indikator yang menjadi penilaian, termasuk sumber daya manusia, teknologi dan secara organisasi. 

Ngakan mengatakan, asesor yang terlibat dalam penilaian berasal dari Kemenperin dan lembaga independen. Apabila sudah diketahui tingkat kesiapan tiap perusahaan, para asesor dapat memberikan advice. "Kami sudah melatih 40 orang sebagai asesor yang sudah dan akan terjun ke industri," ujarnya. 

Penilaian tidak terbatas pada perusahaan skala besar, juga ke industri kecil dan menengah (IKM). Untuk saat ini, Ngakan mengatakan, penilaian fokus pada perusahaan yang bergerak di lima sektor manufaktur prioritas Making Indonesia 4.0, yakni makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik serta kimia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement