Selasa 11 Dec 2018 10:09 WIB

Dari Gas PGN untuk Kehidupan Ekonomi yang Lebih Baik

Gas PGN efisien dan ramah lingkungan sehingga pengguna bisa hemat hingga 40 persen.

Perusahaan Gas Negara (PGN).
Foto: PGN
Perusahaan Gas Negara (PGN).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Endro Yuwanto

"Nggak capek lagi angkat-angkat tabung seperti dulu. Tidak takut kehabisan gas, apalagi kalo tengah malam. Nggak perlu khawatir harus pasang tabung gas, jadi nggak repot."

Itulah kalimat yang terlontar dari Priliatiwi (34 tahun) saat awal pekan ini Republika.co.id, menanyakan mengapa ia lebih memilih berlangganan gas milik Perusahaan Gas Negara (PGN).

Ibu guru yang tinggal di Perumnas Depok Timur ini sudah cukup lama berlangganan gas PGN atas rekomendasi mertuanya yang sejak akhir 1990-an juga sudah berlangganan gas PGN. "Alhamdulillah hampir 20 tahun berlangganan, sampai sekarang tidak ada kendala apa-apa. Lancar aman," jelasnya. "Tetangga juga banyak yang pakai."

Priliatiwi pun merasa menggunakan gas ini jauh lebih murah daripada ketika masih menggunakan tabung gas LPG. Penggunaan gas PGN, lanjut Priliawati, tentu sangat membantunya dalam memutar roda perekonomian keluarga.

Ini lantaran tiap bulan Priliatiwi tak perlu mengalokasikan dana besar hanya untuk membeli dan menukar tabung gas elpiji yang kadang langka dan harganya kerap naik secara tak pasti. "Saya kira tergantung pemakaian tapi saya rasa lebih murah dari gas tabung. Ini sangat bermanfaat, apalagi ramah lingkungan," ujarnya.

Karena itu, Priliatiwi mengaku tidak mencoba beralih menggunakan gas LPG, atau alat pemasak menggunakan daya listrik, apalagi kompor dengan bahan bakar minyak tanah yang sudah ditinggalkan. Ia mengganggap gas PGN lebih murah lantaran para tetangganya di Perumnas Depok Timur kini kian banyak yang berlangganan gas PGN. "Kalau pemakaian tentu tergantung kebutuhan. Tetapi dengan banyaknya tetangga yang beralih ke PGN, tentu alasannya lebih hemat dan aman ya," kata dia.

Priliatiwi tak menampik, dirinya atau pun warga sekitarnya sangat terbantu dengan fasilitas pipa gas yang dialirkan ke Perumnas Depok Timur. Ia merujuk rekannya yang tinggal di Perumahan Sawangan Depok yang belum bisa menikmati fasilitas gas PGN. Dampaknya, ketika tabung gas habis, rekannya itu harus membeli dengan harga lebih mahal. "Dan, kadang muncul masalah karena tabung tidak tersedia sewaktu-waktu," ungkapnya.

Seorang ibu rumah tangga di Sawangan Depok, Ana (39 tahun) pun mengaku mendambakan jalur gas PGN masuk dalam perumahannya. Maklum, selama ini terkadang ia kesulitan mencari tabung gas LPG yang seringkali langka dan harga sering dimainkan oleh pengecer LPG. "Kapan ya masuk ke daerah sini, tetangga saya juga banyak yang mau nih. Ini harga PGN stabil jadi saya bisa lebih mudah mengatur keuangan keluarga," ujarnya.

Seiring dengan perkembangan teknologi, ketergantungan masyarakat terhadap sumber energi sehari-hari memang semakin meningkat. Pentingnya persediaan gas sebagai bahan bakar untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak dapat dimungkiri.

Komitmen PGN dalam menyediakan bahan bakar alternatif tidak perlu diragukan lagi. Pada saat pemerintah berupaya mendorong terjadinya konversi bahan bakar, baik untuk kendaraan pribadi maupun keperluan dapur, PGN sudah menerapkannya terlebih dulu.

Namun keberadaan sumber gas terkadang jauh dari pusat permintaan sehingga dibutuhkan infrastruktur yang dapat mendistribusikan gas ke pengguna akhir. Menyadari keterbatasan infasruktur pipa gas membuat kekayaan gas bumi tak bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk dinikmati di dalam negeri. PGN kemudian melakukan solusi inovatif, yaitu melalui penyediaan GasLink yang merupakan solusi penyediaan gas bumi untuk lokasi tanpa jaringan pipa distribusi gas bumi.

photo
Direktur Komersial PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Danny Praditya (kanan) bersama Komisaris Utama PT Gagas Energi Indonesia Wahyudi Anas memecahkan kendi pada peluncuran Gaslinktruck PGN di kantor PGN Pusat, Jakarta, Jumat (16/11/2018).

Direktur Komersial PT PGN Tbk Danny Praditya menyatakan, GasLink menggunakan teknologi Gas Transportation Module (GTM) dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG) untuk pengguna gas bumi di sektor industri dan komersial. Hal itu tentu merupakan solusi pendistribusian gas bumi yang dinanti-nanti oleh wilayah yang belum terdapat jaringan pipa gas bumi. "Kami berharap manfaat gas bumi sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan efisien semakin banyak diketahui masyarakat," kata Danny.

Solusi inovatif yang ditawarkan oleh PGN ini untuk mendukung program pemerintah dengan memperluas cakupan distribusi dan utilisasi gas bumi di sektor industri dan komersial tanpa ketergantungan terhadap ketersediaan infrastruktur pipa. Hingga saat ini, PGN melalui anak usaha PT Gagas Energi Indonesia telah berhasil memasarkan GasLink ke lebih dari 70 pelanggan yang tersebar di sejumlah kota atau kabupaten di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Lampung, Batam, Bandung, Kolaka, dan Pati.

Gaslink hadir sebagai solusi energi yang lebih ekonomis dan mudah bagi masyarakat Indonesia. Mulai kebutuhan komersial, pembangkit listrik, hingga industri.

Seorang pengusaha muda, Putri Indahsari Tanjung, pun mengakui manfaat dari produk-produk PGN termasuk GasLink. Dalam akun Instagramnya, Putri menyatakan, sebagai pengusaha efisiensi adalah salah satu strategi yang dipegangnya. "Untuk mendapat profit yang memuaskan, berarti harus pintar-pintar juga menekan budget pengeluaran," tulisnya.

Untunglah, menurut Putri, produk-produk PGN efisien dan ramah lingkungan sehingga ia bisa berhemat hingga 40 persen. "Saya mengajak teman-teman yang juga punya bisnis untuk memanfaatkannya," kata dia melontarkan ajakan.

Salah satu restoran yang sudah menggunakan produk GasLink adalah Restoran Top Yammie. Restoran ini merupakan restoran masakan Cina di bilangan Mangga Besar, Taman Sari, Jakarta Barat. Tak sulit untuk menjangkau restoran yang letaknya bersebelahan dengan Hotel Jayakarta dan di belakang The Food Palace itu.

Restoran ini sudah menggunakan GasLink sekitar satu tahun dengan konsumsi 4.000 sampai dengan 5.000 m3 per bulan. Menurut Purchasing Manager Restoran Top Yammie, Indar, sejak penggunaan GasLink terdapat efisiensi pengeluaran yang digunakan hingga 40 persen dibandingkan dengan LPG.

Indar mengaku kebutuhan koki di restorannya selama memasak sudah terpenuhi dengan menggunakan produk GasLink. Ini terkait dengan kebutuhan memasak yang dikenal membutuhkan api yang kuat dan besar. "Katanya apinya kencang dan bagus, tidak ada masalah,” jelas dia.

Dengan menggunakan GasLink dari PGN, masyarakat akan mampu menghemat biaya sekitar 40 persen dibandingkan dengan penggunaan LPG. Hal ini membuat daya beli pengguna energi sektor industri dan komersial kian bertambah.

Tak hanya baik dari segi ekonomis, penggunaan GasLink tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) karena merupakan produksi gas nasional. Saat ini, lebih dari 50 persen LPG yang digunakan di Indonesia merupakan impor dari negara-negara Timur Tengah yang bernilai triliunan rupiah.

Padahal, ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar minyak (BBM) pun kian meningkat. Lihat saja data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah impor minyak mentah Indonesia pada Januari 2018 mencapai 573,6 juta dolar AS, naik 95,63 persen dibanding tahun 293,2 juta dolar AS.

Selain mendapatkan manfaat efisiensi bagi rumah tangga, pelaku industri, dan komersial, penggunaan GasLink juga berarti membantu mengurangi beban pemerintah terhadap ketergantungan pada subsidi untuk kemandirian negeri. PGN, GasLink, energi bersih, dan energi baik, tentu berpotensi melajukan pertumbuhan ekonomi nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement