REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Gojek Nadiem Makarim masuk dalam deretan 50 sosok yang menginspirasi pada 2018 versi Bloomberg. "Tidak ada aplikasi lain yang telah mengubah kehidupan di Indonesia dengan cepat dan mendalam seperti Gojek. Dari 2015 dengan fokus pada pemesanan taksi sepeda motor (ojek) berkembang menjadi aplikasi membayar tagihan, memesan makanan, hingga membersihkan rumah," tulis Bloomberg, dikutip Antara dari situs resminya, Senin (10/12).
The Bloomberg 50 berisi sosok-sosok ternama dalam bidang bisnis, hiburan, keuangan, politik, hingga ilmu pengetahuan dan teknologi. Sepak terjang Nadiem yang kini mengembangkan Gojek ke Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam membuat Bloomberg menyandingkan namanya dengan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador, pendiri Spotify Daniel Ek, pop star Taylor Swift, dan grup idol K-pop BTS.
Mengutip laman profil Linkedin, Nadiem menempuh pendidikan sarjana mengambil jurusan hubungan internasional di Brown University, Amerika Serikat pada 2002. Lulus pada 2006, dia kemudian melanjutkan studinya mengambil pascasarjana jurusan bisnis di Harvard Business School pada 2009.
Sebelum melanjutkan studi, dia sempat bekerja di perusahan konsultan manajemen mulinasional McKinsey & Company. Setelah memperoleh gelar master of business administration, Nadiem menduduki posisi managing director di Zalora Indonesia pada 2011.
Pada saat itu, Nadiem tengah merintis Gojek. Setelah 10 bulan menduduki posisi tersebut, Nadiem kemudian meninggalkan Zalora dan menjabat sebagai chief innovation officer (CIO) Kartuku. Selang satu tahun, Nadiem kemudian undur diri untuk fokus mengembangkan Gojek.
CEO dan Founder GO-JEK Nadiem Makarim
Sukses mengembangkan Gojek, Nadiem, dalam acara Google for Indonesia yang digelar di Jakarta, pekan lalu, mengatakan keberhasilan tersebut merupakan proses belajar yang panjang. "Jika saya harus memilih hal utama yang saya pelajari adalah pentingnya orang," ujar Nadiem yang juga menerima penghargaan Asian of The Year, individu paling berpengaruh di Asia oleh The Strait Times pada 2016.
Menurut dia, meski sebuah start up telah memiliki cukup pendanaan atau produk teknologi yang berkualitas, namun keputusan untuk menaruh orang yang tepat untuk mengurus hal tertentu menjadi krusial. "Tidak memaksa orang melakukan sesuatu yang mungkin dia bagus dalam hal itu, tapi hal yang dia sangat memiliki passion di dalamnya," kata Nadiem.
Seiring dengan bisnis yang mulai berkembang, start up akan berpikir tentang 'matematika, namun Nadiem menekankan hal tersebut harus diiringi dengan rasa bersyukur dan sikap untuk terus belajar. Saat ditanya tentang tips bagi mereka yang ingin memulai start up, Nadiem menyebut tiga hal.
"Pertama adalah mencoba tidak terlalu banyak mendengar ahli, termasuk saya. Mulai saja dulu, jika kamu tidak mulai kamu tidak akan berada di sana," ujar dia.
Selanjutnya, Nadiem berpesan kepada anak muda untuk tidak menjadi orang lain. "Banyak anak muda yang punya mimpi 'oh saya ingin seperti dia'. Kamu sebenarnya punya kesempatan sukses lebih besar jika kamu memecahkan masalah di sekitarmu dengan tindakan. Ketiga, tanya apa pun. Jangan mudah percaya apa yang orang lain katakan, riset, eksperimen, dan tes," kata dia.