Kamis 06 Dec 2018 18:19 WIB

Realisasi Penyaluran KUR Capai 91,8 Persen

Realisasi penyaluran kredit dari Januari hingga Oktober mencapai Rp 113,6 triliun.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Darmin Nasution menyerahkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus peternakan secara simbolis kepada para peternak di Desan Kebon Agung Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Kamis (6/12). Total KUR yang diserahkan pada hari tersebut senilai Rp 8,9 miliar.
Foto: Republika/Binti Sholikah
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Darmin Nasution menyerahkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus peternakan secara simbolis kepada para peternak di Desan Kebon Agung Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Kamis (6/12). Total KUR yang diserahkan pada hari tersebut senilai Rp 8,9 miliar.

REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI -- Realisasi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) tahun 2018 dari Januari sampai Oktober mencapai Rp 113,6 triliun atau 91,8 persen dari target yang ditetapkan. Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tercatat hanya 1,24 persen.

Realisasi penyaluran KUR tertinggi dari BRI mencapai 98,1 persen, diikuti BNI 87,08 persen, Bank Mandiri 87,01 persen, dan BTN 30,38 persen. Rata-rata penyaluran bank umum swasta 51,20 persen dan bank daerah 62,05 persen.

Sementara akumulasi pemberian KUR dengan sistem subsidi bunga sejak 2015 sampai dengan 31 Oktober 2018 telah mencapai Rp 317 triliun dengan baki debet sebesar Rp 132 triliun. Nominal tersebut disalurankan kepada 13,3 juta debitur.

"Realisasi untuk tahun ini saja KUR kita sudah Rp 113 triliun outstanding karena ada yang sudah musim panen pertama tahun ini sudah dilunasi kemudian pinjam lagi," terang Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution kepada wartawan di Wonogiri, Jawa Tengah, Kamis (6/12).

Darmin menjelaskan, realisasi KUR tersebut terus mengalami peningkatan sejak dibuat model KUR yang sekarang. Tadinya, skema KUR bunganya dipatok 12 persen pada 2015 dan sekarang sudah menjadi tujuh persen. Darmin mengungkap masih ada permintaan dari beberapa bank untuk menambah alokasi plafon penyaluran KUR. "Saya perkirakan tahun ini realisasinya akan di angka Rp 120 triliun. Tahun depan mungkin Rp 140 triliun," imbuhnya.

Dia menambahkan, selain peningkatan realisasi penyaluran, segmen penyaluran juga diperluas. Tadinya hanya padi dan hortikultura, sedangkan peternakan dan perkebunan tidak termasuk. "Bahkan bank kami dorong tidak usah nyari satu per satu tapi cari kelompoknya. Misalnya petani melon kerjasama dengan e-commerce asal jangan dipungut tambahan bunga silakan," ujarnya.

Di sisi lain, Darmin terus mendorong agar realisasi penyaluran KUR didominasi untuk kegiatan produksi. Saat ini, porsi KUR untuk kegiatan produksi masih mencapai 43,9 persen dari target 50 persen sampai akhir tahun. Dia optimistis target tersebut akan tercapai karena saat ini sudah masuk musim tanam padi. "Itu pasti dia perlu KUR. Sehingga akan banyak kenaikannya menjelang akhir tahun," ucapnya.

Terkait rasio NPL KUR yang hanya 1,24 persen, Darmin menyatakan tingkat NPL tersebut jauh di bawah rata-rata nasional. Dia menyebut orang Indonesia masih punya malu sehingga masih akan membayar pinjaman. Meski demikian, pendataan NPL tetap dilakukan dengan benar. "Tapi NPL-nya rendah sekali. Tidak ada itu kredit lainnya 1,2 persen," kata Darmin.

Pada awal diluncurkan sekitar tahun 2007-2014, KUR diberikan dengan skema Iuran Jasa Penjaminan (IJP) dan suku bunga relatif tinggi sebesar 24 persen untuk KUR Mikro dan 13 persen untuk KUR Ritel. Lalu pada 2015 diubah menjadi skema subdisi bunga dengan suku bunga 12 persen. Selanjutnya sejak 1 Januari 2018, suku bunga tersebut diturunkan pada titik terendah sebesar 7 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement