REPUBLIKA.CO.ID, BRUNEI -- Brunei Darussalam terus mengalokasikan industri Halal sebagai salah satu sektor utama yang akan dipromosikan untuk menarik investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/ FDI) ke dalam negeri. Pemerintah Brunei melihat industri halal mampu menciptakan nilai tambah produksi untuk sektor pertanian.
Wakil Sekretaris Tetap di Kementerian Energi, Tenaga Kerja dan Industri Brunei Darussalam, Hajah Tutiaty binti Haji Abdul Wahab mengatakan menarik investasi di sektor lain, seperti transportasi dan logistik, juga dapat memainkan peran dalam mendukung upaya negara untuk meningkatkan output di bidang pertanian dan produk bernilai tambah lainnya.
Ia mengungkapkan pendapatan negara dari sektor halal, yakni sebesar 103 juta brunei dolar pada tahun 2017, yang merupakan peningkatan dari 88 juta brunei dolar pada tahun 2016. Pada 2017, 80 juta brunei dolar berasal dari usaha mikro, kecil dan menengah yang memiliki sertifikasi halal.
“Namun angka ini hanya berasal dari 53 dari 168 perusahaan yang mengajukan pendapatan mereka selama pelaporan bisnis. Dengan demikian total pendapatan dari sektor halal sebenarnya lebih besar," kata Tutiaty dilansir di Borneo Bulletin, Jumat (30/11).
Dia juga menyoroti potensi besar dari industri produk halal. Mengutip Laporan Negara Ekonomi Islam Global terbaru dari Thomson Reuters, yang menunjukkan bahwa 1,8 miliar muslim menghabiskan sekitar 2,1 triliun dolar AS pada 2017 untuk produk halal, dengan makanan dan minuman sebesar 1,3 triliun dolar AS dari angka ini, dan 87 miliar dolar AS dihabiskan untuk farmasi dan 61 miliar dolar AS untuk kosmetik halal. Pada tahun 2030, jumlah penduduk muslim global diperkirakan akan tumbuh menjadi 2,2 miliar.
Adapun nilai gabungan dari industri agrifood di Brunei Darussalam yakni sebesar 110,48 juta brunei dolar pada 2015, yang merupakan 30 persen dari sektor pertanian, dengan industri pengolahan agrifood - yang terdiri dari pengolahan berbasis daging dan pengolahan berbasis tanaman, mewakili penyumbang kedua untuk sektor pertanian. Dia menambahkan bahwa ada upaya berkelanjutan untuk meningkatkan produksi dalam sektor ini.
Di antaranya termasuk penggunaan teknologi mutakhir dan praktik manufaktur yang baik, serta kepatuhan dengan standar dan persyaratan kualitas pertanian internasional.
Menurutnya, industri agrifood di Brunei, sangat terdiversifikasi dan merupakan salah satu industri utama Brunei.
"Brunei telah berhasil memproduksi biskuit, produk yang dipanggang, minuman kaleng dan air mineral, es krim dan makanan ringan, makanan tradisional, produk daging, rempah-rempah, saus dan bumbu, mie, produk kedelai, makanan cepat saji, dan makanan lainnya," katanya.
Industri agrifood Brunei, kata dia, meskipun kecil dan tidak berkembang jika dibandingkan dengan negara-negara tetangganya, masih mampu bersaing dan memberikan nilai.
“Industri kita mungkin kecil, tetapi dari aspek kualitas, produk lokal Brunei sama atau lebih baik dari tetangga kita. Ini ditunjukkan tingginya permintaan akan produk kami dari luar negeri. Tantangannya adalah meningkatkan produktivitas dan menjaga kualitas tinggi," katanya.