REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Realisasi penjualan rumah subsidi fasilitas likuiditas pembiayaan perumahaan di Provinsi Jawa Tengah pada periode Januari-Oktober 2018 belum mencapai target sebesar 10 ribu unit rumah.
"Saat ini pembangunan dan penjualan rumah murah bersubsidi baru 8.000 unit saja atau belum mencapai target," kata Wakil Ketua Bidang Rumah Tapak dan Sederhana DPD REI Jawa Tengah M Fachron di Semarang, Jumat (30/11).
Ia menyebutkan penjualan rumah bersubsidi tersebut sebagain besar terserap di wilayah Solo Raya sebesar 40 persen sedangkan sisanya terbagi di wilayah Semarang Raya, Pekalongan, dan Tegal. Menurut dia, belum terserapnya penjualan rumah bersubsidi secara maksimal itu karena beberapa faktor yang memengaruhinya seperti ketersediaan lahan. "Antara permintaan dan ketersediaan rumah murah belum sebanding," ujarnya.
Ia mengakui permintaan masyarakat akan rumah murah bersubsidi cukup banyak, namun banyak pengembang kesulitan memenuhi karena tidak bisa mendapatkan harga tanah yang sesuai.
Fachron menjelaskan pengembang perumahan bisa membangun rumah murah asalkan mendapatkan harga tanah maksimal Rp 250 ribu per meternya.
"Harga tanah sebesar itu biasanya berada di pinggiran kota, kalau yang di bawah itu sebenarnya ada, tapi tanahnya masih masuk lahan hijau," katanya.