Rabu 14 Nov 2018 10:38 WIB

Saham Boeing Anjlok Akibat Penyelidikan Lion Air

Boeing mengklaim telah menjual 43 unit pesawat 737 MAX pada Oktober lalu

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Lion Air Boeing 737 MAX 8.
Foto: Boeing
Lion Air Boeing 737 MAX 8.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham Boeing Co anjlok pada Selasa (13/11) karena kekhawatiran terkait kecelakaan mematikan bulan lalu pada 737 MAX, versi terbaru Boeing yang dioperasikan oleh Lion Air Indonesia. Saham Boeing turun hampir 2 persen pada 350,30 dolar AS dalam perdagangan sore.

Penyidik Indonesia mengatakan pada hari Senin (12/11) bahwa perlu lebih banyak pelatihan untuk pilot 737 MAX setelah menemukan situasi yang diyakini telah dihadapi para kru dan tidak terdapat dalam manual penerbangan. Pilot AS juga tidak menyadari adanya potensi risiko, kata dua serikat pekerja pilot kepada Reuters.

Penyidik ​​sedang mempersiapkan untuk mempublikasikan laporan awal mereka tentang kecelakaan pada 28 November atau 29 November mendatang, satu bulan setelah jet Lion Air menukik ke Laut Jawa dan menewaskan semua 189 penumpang.

Kecelakaan ini adalah yang pertama dilaporkan melibatkan penjualan Boeing 737 MAX yang dijual secara luas. Pesawat ini versi yang diperbarui dan lebih efisien bahan bakar dari pabrikan jet dengan lorong tunggal.

Hingga saat ini, perhatian publik terfokus terutama pada masalah perawatan potensial termasuk sensor yang salah untuk angle of attack, bagian penting dari data yang diperlukan untuk membantu pesawat terbang pada sudut yang tepat terhadap arus udara dan mencegah mesin berhenti.

Fokus penyelidikan tampaknya meluas ke kejelasan prosedur yang disetujui AS untuk membantu pilot mencegah 737 MAX bereaksi berlebihan terhadap kehilangan data tersebut, dan metode untuk melatihnya.

CEO Boeing, Dennis Muilenburg mengatakan bahwa Boeing menyediakan semua informasi yang diperlukan untuk menerbangkan pesawat dengan aman. Pihak Boeing juga kembali menegaskan bahwa 737 MAX adalah pesawat yang sangat aman.

"Ini datang dari ribuan jam pengujian, evaluasi dan simulasi dan memberikan informasi yang pilot kami perlukan untuk mengoperasikan pesawat kami dengan aman," kata Muilenburg.

"Dalam mode kegagalan tertentu, jika ada sensor angle of attack yang tidak akurat memberi informasi ke pesawat, ada prosedur untuk mengatasinya," tambahnya.

Sebelumnya pada hari Selasa (13/11), pembuat pesawat terbesar di dunia ini mengatakan mereka menjual 43 pesawat Boeing 737 bulan lalu, naik dari 37 pada tahun lalu, yang dibantu oleh pasar global yang sedang booming. Itu menempatkan Boeing dalam rekor penjualan selama setahun dalam persaingan dengan pembuat pesawat asal Eropa, Airbus.

Investor dan analis melihat jumlah pesawat Boeing diserahkan kepada perusahaan penerbangan dan leasing karena pelanggan membayar sebagian besar uang untuk pesawat baru pada pengiriman.

Jumlah penjualan pesawat 737 turun sedikit dari 61, yang dikirimkan pada bulan September karena masalah pemasok, yang diindikasikan oleh seorang eksekutif Boeing pekan lalu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement