Selasa 13 Nov 2018 11:06 WIB

Rupiah Selasa Dibuka Melemah

Pergerakan rupiah diawasi Bank Indonesia.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat (9/11).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi ini melemah sebesar 37 poin menjadi Rp 14.867 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.830 per dolar AS. Mata uang kuat di kawasan Asia seperti dolar Hong Kong dan dolar Singapura yang bergerak melemah terhadap dolar AS menjadi sentimen pelemahan rupiah.

"Sebagian besar mata uang di kawasan Asia termasuk rupiah melemah terhadap dolar AS," kata Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, Selasa (13/11).

Ia memproyeksikan rupiah akan bergerak menuju kisaran Rp 14.850 hingga Rp 14.950 per dolar AS. Namun pergerakan rupiah tetap dalam penjagaan Bank Indonesia.

Ia menambahkan pelemahan rupiah kemungkinan juga karena respons negatif pelaku pasar uang terhadap neraca transaksi berjalan pada kuartal ketiga 2018 yang defisitnya naik menjadi 3,37 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Bank Indonesia (BI) yang mulai melakukan lelang instrumen derivatif, yakni domestic non delivery forward (DNDF) diharapkan dapat menjaga fluktuasi mata uang domestik. "Transaksi DNDF ini merupakan instrumen derivatif inovasi Bank Indonesia untuk melakukan pendalaman pasar valas domestik untuk meningkatkan likuiditas," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan data inflasi Amerika Serikat yang diproyeksikan menguat masih menjadi salah satu faktor yang mendorong dolar AS kembali menguat. "Meningkatnya inflasi di AS maka peluang bagi the Fed untuk menaikkan suku bunganya cukup terbuka," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement