Selasa 13 Nov 2018 02:53 WIB

Cina akan Buka Ekonominya untuk Dunia

Cina menyerukan ekonomi dunia terbuka dalam menghadapi meningkatnya proteksionisme

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Lie Keqiang
Foto: REUTERS
Lie Keqiang

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA - Cina akan semakin membuka ekonominya dalam menghadapi meningkatnya proteksionisme. Hal itu disampaikan Perdana Menteri Cina, Li Keqiang saat ia tiba di Singapura pada Senin (12/11) untuk pertemuan dengan para pemimpin Asia-Pasifik yang akan fokus mempercepat kerja pada pakta perdagangan besar baru.

Pernyataan Li dalam sebuah artikel di surat kabar Straits Times Singapura muncul ketika Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menyerukan integrasi regional yang lebih baik lagi. Lee mengatakan multilateralisme berada di bawah ancaman dari tekanan politik.

“Cina telah membuka pintunya bagi dunia; kita tidak akan pernah menutupnya, tetapi membukanya lebih luas,” kata Li.

Li menyerukan ekonomi dunia terbuka dalam menghadapi meningkatnya proteksionisme dan unilateralisme. Kendati begitu, ia tidak secara langsung merujuk pada perang dagang Cina dengan Amerika Serikat.

Yang terutama absen dari pertemuan minggu ini di Singapura adalah Presiden AS Donald Trump, yang telah mengatakan beberapa transaksi perdagangan multilateral yang ada tidak adil. Trump juga telah mencela Cina atas pencurian kekayaan intelektual, hambatan masuk ke bisnis AS dan defisit perdagangan yang besar.

Wakil Presiden AS, Mike Pence akan hadir, dan Perdana Menteri Cina Li Keqiang, Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe termasuk di antara mereka yang diperkirakan akan bergabung dengan ASEAN.

Li diperkirakan akan menggalang dukungan bagi pakta Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang sekarang sedang dinegosiasikan, yang dipamerkan untuk menjadi kesepakatan perdagangan bebas yang akan mencakup lebih dari sepertiga PDB dunia. Pakta ini mencakup 16 negara, termasuk Cina, India, Jepang, dan Korea Selatan, tetapi bukan AS.

Hingga saat ini masih belum jelas apakah Li dan Pence akan mengadakan pembicaraan terpisah di sela-sela pertemuan Singapura, yang akan menjadi awal dari pertemuan puncak antara Trump dan Presiden Cina Xi Jinping pada akhir bulan di Buenos Aires.

Perjumpaan itu, jika itu terjadi, akan datang di tengah-tengah pembicaraan tingkat tinggi di Washington di mana kedua pihak menayangkan perbedaan utama mereka, tetapi tampaknya berusaha mengendalikan kerusakan hubungan yang memburuk dengan tarif berbalasan dalam beberapa bulan terakhir.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement