REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT. Merpati Nusantara Airlines berencana untuk kembali terbang pada 2019 mendatang. Rencananya, penerbangan pertama akan diluncurkan di Biak.
Presiden Direktur Merpati Airlines, Asep Ekanugraha menjelaskan alasan Biak menjadi tempat peluncuran penerbangan pertama karena Biak merupakan basis dan fasilitas Merpati pertama. Selain Biak, Merpati juga punya fasilitas di Surabaya dan Manado.
"First flight kami berencana di Biak. Ini juga sebagai salah satu tonggak bahwa kami memang erat kaitannya dengan Indonesia timur," ujar Asep di Grand Melia, Ahad (11/11).
Ke depan, kata Asep Merpati juga tetap akan fokus mengcover penerbangan dengan rute-rute timur, meski tidak menutup rute ke arah barat. Namun dengan fasilitas bandara dan destinasi wisata yang dikembangkan oleh pemerintah ke arah timur saat ini menjadi potensi konkrit bagi perusahaan untuk kembali terbang.
"10 KEK jadi potensi kami memang. Itu yang kami bidik, pasar masyarakat timur juga sebagai BUMN yang memang berperan untuk bisa menjadi penghubung tetap menjadi pegangan kami," ujar Asep.
Namun yang berbeda kata Asep, Merpati kedepan akan memisahkan secara jelas peran Maskapai baik secara korporat maupun secara BUMN. "Tentu kami sebagai BUMN tidak kemudian lepas tangan untuk ambil peran sebagai penghubung dan akses transportasi. Tetapi untuk menjadi perusahaan yang baru, tentu kami perlu rebranding dengan menyasar kalangan mileneal. Ini harus jelas pembedanya," ujar Asep.
Namun ia masih enggan menjelaskan secara rinci seperti apa pembeda tersebut, apakah akan ada branding maskapai baru atau seperti apa. Namun, Asep menjelaskan Merpati yang baru nanti tidak akan menyasar kelas LCC Airlines. Ini kata Asep merupakan salah satu penyebab Merpati harus menelan kerugian.
"Kalau kita memang mungkin tidak akan menyasar kepada LCC. Premium juga mungkin itu sudah pasar Garuda, tetapi kami ingin mengisi slot slot yang memang belum ada saat ini. Dan kami ingin BUMN kembali mendominasi bukan hanya swasta," ujar Asep.