REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS rebound pada Rabu (7/11) sore atau Kamis (8/11) pagi WIB. Penguatan dolar AS ini karena investor terus mencerna hasil pemilu sela kongres AS setelah di awal terjadi aksi jual dolar AS.
Pemilihan umum memberikan hasil sesuai yang diperkirakan, pemisahan kontrol Kongres AS, dengan Demokrat memenangkan kendali DPR dan Republik mengukuhkan mayoritas mereka di Senat. "Ada perkiraan bahwa jika kita tidak mendapatkan Kongres yang terbagi, kita mungkin melihat sentimen risiko menjadi sedikit goyah, tetapi karena itu tidak terjadi kita memiliki langkah pengambilan risiko," kata Mazen Issa, ahli strategi valuta asing senior di TD Securities di New York.
Pengamat pasar percaya bahwa Kongres yang terbagi atau terpecah akan membuat pemotongan pajak dan deregulasi lebih lanjut tidak mungkin untuk saat ini, yang berkontribusi pada penurunan awal dolar AS.
Greenback telah menjadi pemenang mengejutkan di pasar mata uang global tahun ini setelah Partai Republik mendorong melalui Presiden Donald Trump pemotongan pajak signifikan, dan pertumbuhan ekonomi yang kuat mendorong Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunga.
Pada Rabu (7/11) sore, fokus beralih ke Fed, dengan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS akan merilis keputusan kebijakannya pada Kamis (8/11) waktu setempat di akhir pertemuan dua hari mereka.
"Saya pikir para pedagang mengkompensasi posisi menjelang keputusan FOMC besok," kata John Doyle, wakil presiden transaksi dan perdagangan di Tempus Consulting.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya tetap pada Kamis (8/11) waktu setempat, tetapi bahasa dalam pernyataan kebijakan akan diawasi dengan ketat. Ketua The Fed Jerome Powell secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Desember, yang akan menjadi kenaikan suku bunga keempat tahun ini, karena fundamental ekonomi AS tetap kuat.
"The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga bulan depan, tetapi itu sudah diperhitungkan sehingga tidak akan menambah dukungan tambahan terhadap dolar," kata Doyle.
Terhadap sekeranjang enam mata uang lainnya, dolar AS naik 3,9 basis poin pada Rabu (7/11), terakhir di 96,031. Pasar ekuitas menguat karena investor mendorong dana-dana ke dalam aset-aset berisiko, dengan indeks Dow naik satu persen dan S&P 500 naik 0,9 persen.
Euro terakhir naik 24 basis poin menjadi 1,145 dolar AS. Sebelumnya, mata uang tunggal naik lebih dari satu persen di atas palung tahun ini di 1,1301 dolar AS, yang dicapai pada 15 Agustus.
"Itu adalah keyakinan kami bahwa pergerakan dolar AS bulan lalu berlebihan dan greenback sekarang mencari kisaran baru, sedikit lebih lemah terhadap euro dan beberapa mata uang Eropa lainnya," kata Doyle.