REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku industri wisata halal Indonesia optimistis dapat mengejar Malaysia dalam industri wisata halal. Saat ini Indonesia mendapatkan peringkat 2 Global Muslim Travel Index (GMTI), di bawah Malaysia yang menduduki peringkat 1.
Menurut Sekjen Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Imaduddin Indrissobir menjelaskan, untuk mencapai target tersebut, pemerintah perlu mendukung praktisi industri pariwisata untuk mengembangkan kualitasnya.
"Peringkat GMTI kita sekarang nomor 2, harapannya akhir tahun penilaiannya naik jadi 1 untuk destinasi muslim global. Kita harus banyak menarik wisatawan asal Timur Tengah," ujar Imaduddin saat berkunjung ke Republika.co.id, Kamis (1/11).
Saat ini, pariwisata menjadi penyumbang devisa kedua terbesar yakni 15 miliar dolar AS, di bawah minyak sawit mentah (CPO) yang mencapai 17 miliar dolar AS. Pada tahun depan, kata Imaddudin, pelaku industri dan pemerintah meyakini pariwisata akan menjadi penyumbang devisa pertama terbesar.
"Sekarang masih sedikit praktisi di wisata halal, lebih banyak ke umrah dan haji. jadi perlu dorongan pemerintah dari segi kualitas serta aksesibilitas. Apalagi pemerintah mendorong 10 destinasi wisata halal, saat ini baru Aceh, Sumatera Barat, dan NTB," katanya.
Pembangunan infrastruktur terutama bandara akan mendorong wisatawan mancanegara banyak mengunjungi destinasi wisata di Indonesia. Apalagi di seluruh wilayah Indonesia banyak memiliki beragam festival dan kearifan lokal yang menarik minat wisatawan.
"Kita punya destinasi dan budaya, dengan adanya bandara-bandara di tempat- tempat baru akan menumbuhkan wisata di tempat tersebut," kata Imaddudin.
Pembangunan infrastruktur juga telah mendorong para pelaku usaha membuka paket- paket wisata halal untuk menarik semakin banyak wisatawan muslim, utamanya Timur Tengah. Menurut pelaku industri wisata halal, Lionita Naga Lili pelaku industri harus dapat memanfaatkan momentum ini untuk menyiapkan berbagai fasilitas pendukung bagi para wisatawan.
"Tantangan kami, harus bisa memberikan edukasi kepada para praktisi untuk memberikan fasilitas wisata yang mendukung, supaya menjadi program best sellers. Perlu waktu dan kerja sama dari maskapai penerbangan, hotel, dan pelaku industri lainnya," kata Lionita dalam kesempatan yang sama.
Hal itu yang menurut Lionita telah dilakukan oleh Malaysia. Berbagai paket wisata Malaysia sudah bekerja sama dengan maskapai dan pihak-pihak hotel hingga resort. Selain itu, para wisatawan Timur Tengah juga lebih mudah pergi ke sana karena tanpa perlu menggunakan visa. Negara muslim lainnya seperti Turki, juga menerapkan visa one arrival sehingga wisatawan hanya perlu sekali mengurus visa untuk dapat kembali berlibur ke sana.
"Pemerintah kita juga harus punya good relationship dengan internasional. Harapan ke depannya kalau ada kerja sama perdagangan juga ada kerja sama membuka akses pariwisata," kata Lionita.
Di sisi lain, pemerintah juga perlu memberikan edukasi mengenai wisata halal kepada para pelaku industri, seperti yang telah dilakukan kepada industri travel umrah dan haji. Hal itu dilakukan agar lebih banyak praktisi wisata halal, dan mereka semakin siap dalam pasar wisata ini.