Kamis 01 Nov 2018 17:53 WIB

Produktivitas Jagung Lahan Rawa Meningkat

Peningkatan produktivitas karena diterapkannya teknologi Budi Daya Jenuh Air (BJA)

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi lahan rawa diubah menjadi lahan pertanian
Ilustrasi lahan rawa diubah menjadi lahan pertanian

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Percobaan budidaya jagung lahan rawa pasang surut yang dilakukan Tim Ahli Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan PT FKS Multi Agro Tbk di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi menghasilkan produksi jagung dua kali lipat. Peningkatan produktivitas dari hanya dua ton per hektare menjadi enam ton per hektare.

Terjadinya peningkatan produktivitas tersebut karena diterapkannya teknologi Budi Daya Jenuh Air (BJA) yang ditemukan guru besar IPB Profesor Munif Ghulamahdi. Melalui teknologi ini lahan pasang surut dapat dimanfaatkan menjadi lahan yang lebih produktif.

"Inovasi teknologi yang dapat diterapkan untuk mengatasi kendala di lahan pasang surut adalah dengan penerapan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA)," kata Toyip Hadinata, salah satu tim ahli IPB melalui siaran pers, Kamis (1/11).

Potensi lahan pasang surut di Indonesia cukup besar mencapai 21 juta hektare. Dari angka tersebut, luasan yang dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian mencapai sembilan juta hektare.

Namun, ada kendala yang sangat komplek pada lahannya yakni fisikokimia, infrastruktur, sumber daya manusia dan pasar. Hal itu berdampak pada produktivitas tanaman yang rendah.

Menurut data Bappeda tahun 2000, Provinsi Jambi diperkirakan memiliki lahan rawa seluas 684 ribu hektare. Dari luasan tersebut, seluas 246.481 hektare berpotensi untuk pengembangan pertanian.

Angka tersebut terdiri dari lahan lahan rawa pasang surut 206.832 hektare dan lahan non pasang surut seluas 40.521 hektare. Lahan pasang surut di Provinsi Jambi sebagian besar terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur.

Teknologi BJA sangat sederhana sehingga mudah diaplikasikan oleh petani. BJA sebenarnya telah dimanfaatkan sejak 1998 di lahan biasa kemudian sejak 2009 sampai sekarang diaplikasikan di lahan pasang surut.

Untuk diketahui, lahan budidaya berteknologi BJA yang dikelola Tim Ahli IPB ini merupakan kerja sama dengan PT FKS Multi Agro. Lahab selias 120 hektare di kecamatan Rantau Rasau itu digunakan untuk menanam jagung seluas 95 hektare, kedelai 10 hektare dan padi 15 hektare.

Varietas jagung yang ditanam adalah varietas hibrida Pioner 32, varietas Bhisma dan varietas sukmaraga. Varietas padi adalah Inpara 3. Varietas kedelai adalah Anjasmoro dan Tanggamus.

"Untuk pengembangan dan kesuksesan ke depan diperlukan kerja sama semua sektor yaitu pemerintah, akademisi, pengusaha, dan petani. Hal yg perlu difokuskan adalah, pertama perbaikan tata air makro dan mikro, kedua  penggunaan alsintan yang tepat guna, ketiga  jaminan harga," kata Toyip.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement