Ahad 28 Oct 2018 17:44 WIB

Nilai Ekspor Lima Sektor Prioritas Capai 40 Miliar Dolar AS

Lima sektor berkontribusi terhadap 65 persen ekspor manufaktur.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Gita Amanda
Pelepasan Ekspor Manufaktur. Kapal kontainer ukuran raksasa CMA CGM mengisi muatan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Pelepasan Ekspor Manufaktur. Kapal kontainer ukuran raksasa CMA CGM mengisi muatan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, lima sektor prioritas dalam memasuki era revolusi industri 4.0 berkontribusi terhadap 65 persen ekspor manufaktur nasional atau memiliki nilai sekitar 40 miliar dolar AS. Tercatat, pada semester pertama 2018, nilai ekspor manufaktur Indonesia sudah mencapai sekitar 63,01 miliar dolar AS dengan sumbangsih terhadap total ekspor nasional hingga 71,59 persen.

Plt Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Ngakan Timur Antara menjelaskan, lima sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri elektronik, industri kimia serta industri tekstil dan produk tekstil. Ekspor lima industri ini terus mengalami peningkatan dengan rata-rata lima persen.

Ngakan menjelaskan, industri makanan dan minuman merupakan salah sektor andalan dengan pertumbuhannya yang mencapai 8,67 persen. "Dengan implementasi Making Indonesia 4.0, pertumbuhan itu bisa terus meningkat. Apalagi industri mamin (makanan dan minuman) Indonesia sudah berdaya saing global," tuturnya di Jakarta, Ahad (28/10).

Ngakan memperkirakan, revolusi industri 4.0 mampu mengatrol ekspor makanan dan minuman olahan nasional hingga empat kali lipat. Dari target tahun ini sekitar 12,65 miliar dolar AS, industri ini akan memiliki nilai ekspor hingga 50 miliar dolar AS pada 2025.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperluas jaringan pasar ekspor adalah memfasilitasi industri nasional ikut serta dalam kegiatan pameran, baik di dalam maupun luar negeri. Misalnya, melalui kerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris, sebanyak 18 pelaku usaha makanan dan minuman dari Indonesia dapat tampil pada ajang Salon International de l'Alimentation (SIAL) Paris 2018 pada 21-25 Oktober lalu.

Menurut Ngakan, peserta menempati area seluas 180 meter persegi di Paviliun Indonesia untuk mempromosikan produk-produk unggulannya kepada para pengunjung pameran makanan dan minuman yang digelar setiap dua tahun sekali ini. Kegiatan ini dihadiri sebanyak 155.000 orang pengunjung dan melibatkan 7.020 peserta dari 109 negara.

Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional Ditjen KPAII Kemenperin Tony T.H Sinambela menyampaikan, peserta yang terlibat sudah melalui proses kurasi. Tujuannya, memastikan pelaku industri yang tampil memang sudah siap dan maksimal dalam matchmaking dengan potential buyers.

Pada pameran SIAL Paris 2018, Kemenperin membawa sembilan pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sektor makanan dan minuman. Kesembilan perusahaan lainnya merupakan binaan KBRI di Paris. "Mereka yang terseleksi berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, dan dengan keberagaman produk," ujar Tony.

Dari 18 peserta terlibat, di antaranya adalah Mignon Sista Internasional (minyak esensial, biji vanilla, moringa, daun kari, jeruk purut), Kawanasi (fruit chips) dan Javara (bumbu makanan, produk kelapa).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement