Kamis 25 Oct 2018 08:15 WIB

Harga Minyak Naik Tipis Didorong Penurunan Persediaan

Persediaan bensin AS turun 4,8 juta barel, terendah sejak Desember 2017.

Kilang minyak
Foto: VOA
Kilang minyak

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak AS naik moderat pada akhir perdagangan Rabu (24/10), rebound setelah beberapa hari melemah. Kenaikan ini didorong oleh penurunan yang jauh lebih besar dari perkiraan dalam persediaan bensin dan solar di Amerika Serikat menandakan peningkatan musiman dalam permintaan pengilangan.

Namun, pedagang tetap khawatir tentang permintaan dunia, dan bahwa pelemahan di ekuitas global juga akan mengurangi pembelian aset-aset seperti minyak oleh para manajer investasi. Pada Selasa (23/10), harga minyak merosot lima persen akibat kekhawatiran tentang prospek ekonomi yang lebih lemah.

Sanksi-sanksi AS terhadap eksportir minyak Iran yang kian mendekat telah membantu mendukung harga minyak. Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Desember naik tipis 39 sen atau 0,6 persen menjadi menetap pada 66,82 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Pasar minyak WTI memantul di sekitar siang hari, membukukan kenaikan di sore hari sebelum menurun kembali. Lebih dari 710.000 kontrak WTI berpindah tangan pada Rabu (24/10), melebihi rata-rata harian 10 bulan sekitar 576.000 kontrak, menurut Eikon.

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember ditutup pada 76,17 dolar AS per barel, turun 27 sen atau 0,4 persen di London ICE Futures Exchange. Patokan global ini lebih dipengaruhi oleh prospek pasokan dunia, dan Arab Saudi mengatakan bahwa rencananya untuk meningkatkan produksi dapat mengurangi minat pembelian terhadap Brent.

Departemen Energi AS mengatakan persediaan bensin jatuh 4,8 juta barel menjadi 229,3 juta barel pekan lalu, terendah sejak Desember 2017. Distilasi, yang termasuk minyak diesel atau solar, turun 2,3 juta barel, keduanya lebih besar dari perkiraan.

Data Badan Informasi Energi AS (EIA) juga menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 6,3 juta barel, jauh lebih tinggi dari kenaikan 3,7 juta barel yang diperkirakan dalam jajak pendapat Reuters. Bensin berjangka AS naik 0,9 persen menjadi 1,853 dolar AS per galon.

"Angka-angka utama sedikit bearish pada minyak mentah tetapi dengan penurunan pasokan bensin dan kenaikan dalam operasional kilang, pasar bertahan cukup bagus," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago.

Pemanfaatan pemurnian atau kilang naik secara moderat. Flynn mengatakan itu mengindikasikan bahwa musim pemeliharaan akan segera berakhir, dan penyuling akan mulai memproses lebih banyak minyak diesel dan pemanas saat musim dingin mendekat.

Harga-harga telah merosot karena peramal seperti Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak yang lebih lambat untuk 2019. Pelemahan di pasar ekuitas juga membebani minyak mentah.

"Terlepas dari aksi jual di pasar ekuitas dalam beberapa hari terakhir, saya perlu melihat lebih banyak bukti sebelum kita dapat mulai berbicara tentang perlambatan permintaan," kata Joe McMonigle, analis kebijakan energi senior di Hedgeye di Washington.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement