Rabu 24 Oct 2018 17:39 WIB

Cina dan Thailand Investasi Rp 70,2 Triliun di Indonesia

Cina berinvestasi di bidang IT untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Belitung

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Investasi (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf
Investasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pameran dagang Trade Expo Indonesia (TEI) 2018 menghasilkan investasi sebesar 4,68 miliar dolar AS atau sekitar  Rp 70,2 triliun (kurs Rp 15.000 per dolar AS). Investasi tersebut berasal dari Cina dan Thailand.

Menurut Direktur Jendral Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda, dua investasi tersebut merupakan hasil kerja keras duta besar dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) yang merupakan perwakilan pemerintahan di luar negeri. Arlinda menjelaskan, investasi dua negara memiliki tujuan berbeda.

Cina dengan nilai investasi 4,5 miliar dolar AS ditujukan di bidang informasi dan teknologi (IT) untuk membantu pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Belitung. "Mereka membantu dari segi peningkatan ekspor, ecommerce, logistik dan sebagainya," ucapnya ketika ditemui di acara TEI 2018 di Tangerang, Rabu (24/10).

Arlinda menuturkan, nilai investasi dari Cina terbilang besar. Sebab, Negeri Tirai Bambu ini ingin membangun powerplan dan mengembangkan infrastruktur kawasan industri, termasuk pelabuhan. Tujuannya, KEK Belitung bisa menjadi kawasan terpadu, sehingga membantu pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata.

Dalam pengembangan KEK Belitung, tidak semua modal diserahkan kepada Cina. Pembagian modal masih didominasi oleh perusahaan Indonesia, yakni 60 persen dan sisanya dari Cina.

Arlinda belum bisa memastikan, kapan pengembangan mulai berjalan karena masih harus dilakukan tahapan lain. "Kita harus melakukan pembebasan lahan dulu," ujarnya.

Sementara itu, nilai investasi Thailand mencapai 180 juta dolar AS yang ditujukan untuk membangun industrial estate. Arlinda belum bisa memberikan lokasi estate secara detail mengingat kerja sama ini masih berada di tahapan awal.

Selain dua itu, pemerintah tetap berupaya mencari investor lain melalaui perwakilan di luar negeri. Kemendag bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri untuk mendorong mereka dalam menggaet buyer dan menghasilkan transaksi.

"Dari sekarang, perwakilan sudah mulai bekerja untuk mengumpulkan buyer untuk TEI tahun depan," tuturnya.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan, ekspor menjadi satu dari dua kunci untuk menjaga surplus perdagangan, di samping investasi. Ia mengakui, masih ada beberapa kendala yang dialami eksportir. Di antaranya, tantangan saat pemeriksaan di tempat tujuan, khususnya untuk negara yang belum memiliki perjanjian dagang dengan Indonesia.

Enggar menuturkan, untuk mengatasinya, pemerintah berkomitmen untuk rutin melakukan dialog dengan pengusaha. Tujuannya, agar pemerintah dapat mencari solusi case by case.

"Kami juga akan adakan rapat terbatas mengenai apalagi yang bisa diberikan atau intensif kepada eksportir," katanya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement