Selasa 23 Oct 2018 15:29 WIB

Surplus Beras, Pengamat: Kementan Harus Diapresiasi

Program khusus Menteri Amran membuahkan hasil nyata surplus beras

Red: EH Ismail
Pengamat Politik Pertanian Universitas Trilogi, Muhamad Karim
Pengamat Politik Pertanian Universitas Trilogi, Muhamad Karim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koodinator Bidang Perekonomi, Darmin Nasution mengatakan, perhitungan terbaru BPS dengan menggunakan Motode Kerangka Sampling Area (KSA), produksi beras 2018 surplus sebesar 2,8 juta ton. Surplus ini diperoleh dari produksi beras 2018 sebesar 32,4 juta ton dikurangi konsumsi 29,6 juta ton.

Dalam pemaparan Empat Tahun Kinerja Pemerintahan Jokowi-JK, Darmin, mengungkapkan, indeks ketahanan pangan Indonesia di 2018 mengalami lompatan. Berdasarkan Global Food Security Indes (GFSI) 2018, peringkat ketahanan pangan Indonesia membaik yakni dari 72 di tahun 2014 menjadi 65 pada 2018 dari 113 negara.

“Indeks ketahanan pangan ini meliputi keterjangkauan, ketersediaan, kualitas dan keamaan serta ketahanan dan sumber daya alam,” kata Darmin.

Mengenai hal ini, Pengamat Politik Pertanian Universitas Trilogi, Muhamad Karim menilai, hasil perhitungan BPS melalui Metode KSA menunjukkan program Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil meningkatkan produksi beras. Capaian ini patut diapresiasi karena mampu menciptakan surplus ditengah situasi yang tidak mendukung. Namun berkat kerja keras dan upaya Kementrian Pertanian setidaknya mampu memberikan hasil yang surplus.

“Dari Metode KSA itu kan menghitung produksi beras di tahun 2018 mencapai 32,4 juta ton, sementara konsumsinya 29,6 juta ton. Ini kan berarti produksi dikurangi konsumsi sudah surplus. Surplus ini artinya berlebih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, diperkuat dengan data stock beras di BULOG saat ini sebesar 2,4 juta ton,” kata Karim di Jakarta, Selasa (23/10).

Alumni IPB ini menegaskan, hasil perhitungan Metode KSA memberi catatan penting terhadap kemajuan sektor pertanian saat ini. Capaian surplus ini berkat program upaya khusus era Menteri Andi Amran Sulaiman, yakni surplus di tengah bertambahnya jumlah penduduk 2014-2018 sebesar 12,85 juta jiwa yang membutuhkan tambahan konsumsi beras 1,7 juta ton.

“Ini kan menjadi prestasi tersendiri, bahkan 2018 surplusnya 2,8 juta ton. Program upaya khusus Menteri Amran membuahkan hasil nyata, mampu menyediakan beras,” beber Karim.

Adapun program upaya khusus Kementan untuk mendongkrak produksi beras antara lain rehabilitasi irigasi 3,58 juta hektar,  mekanisasi 423 ribu alat mesin,  asuransi usahatani 2,73 juta hektar,  membuka lahan rawa di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, benih dan pupuk gratis dan didukung gerakan lapang melibatkan Tim Terpadu di pusat dan daerah.

“Selain meningkatkan produksi pangan, kinerja program Mentan Amran  juga tercermin dari berbagai data makro pertanian, seperti besarnya PDB pertanian, penurunan kemiskinan di desa, pengendalian inflasi, ekspor maupun investasi selama empat tahun terakhir,” ungkap Karim.

Data BPS menyebutkan pertumbuhan PDB pertanian 2017 sebesar Rp 1.344 triliun naik Rp 350 triliun dibandingkan 2013 sebesar 995 triliun. Juga kemiskinan penduduk di desa Maret 2018 sebesar 15,81 juta jiwa, turun 10,88 persen dibandingkan Maret 2013 sebesar 17,74 juta jiwa dan mampu mengendalikan inflasi bahan makanan 2017 sebesar 1,26 persen turun 88,9 persen dibandingkan 2013 sebesar 11,35 persen.

Sumber data BPS pun menunjukkan ekspor pertanian 2017 sebesar Rp 441 triliun naik 24,47 persen dibandingkan 2016 sebesar Rp 387 triliun. Terkait kemajuan investasi, data BKPM menunjukkan investasi di sektor pertanian 2017 sebesar Rp 45,9 triliun naik rerata 14 persen pertahun dibandingkan 2013 sebesar Rp 29,3 triliun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement