REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangn Enggartiasto Lukita optimistis pertumbuhan ekspor sepanjang 2018 dapat mencapai 11 persen dibanding dengan 2017. Sampai September 2018, pertumbuhan baru mencapai 9,41 persen menjadi Rp 134,9 miliar dolar AS.
Enggar menjelaskan, pertumbuhan 11 persen merupkan target internal Kementerian Perdagangan (Kemendag). Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia Darmin Nasution sendiri hanya menargetkan pertumbuhan sekitar enam persen.
"Tapi, saya yakin tahun ini bisa sampai 11 persen, di tengah suasana global yang tidak pasti," tuturnya dalam diskusi 4 Tahun Kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla bertajuk Membangun Manusia Indonesia, Menuju Negara Maju di Jakarta, Selasa (23/10).
Enggar menambahkan, peningkatan ekspor atau market share di perdagangan dunia dapat dipertahankan dan ditingkatkan dengan membuka pasar baru seperti Afrika Selatan dan Nigeria. Sementara itu, Amerika Serikat, Eropa dan Cina yang merupakan pasar lama ekspor Indonesia tetap akan dipertahankan.
Salah satu strategi Kemendag untuk meningkatkan ekspor adalah melakukan perjanjian perdagangan dengan berbagai negara. Di antaranya, perjanjian dengan Palestina. Menurut Enggar, perjanjian dengan Palestina ini dilakukan tanpa studi, tapi merupakan sikap konsistensi Indonesia untuk menjaga hubungan politik dan ekonomi.
Perjanjian tersebut diimplementasikan dengan pembebasan bea masuk terhadap komoditas yang ingin diekspor Palestina ke Indonesia. Sementara ini, baru ada dua produk yang dijadikan sebagai komoditas ekspor-impor kedua negara, yakni korma dan minyak zaitun. "Dari Indonesia, kami persilakan Palestina untuk memilih apa yang mereka butuhkan," kata Enggar.
Perjanjian berikutnya dilakukan dengan Chile dan Australia yang secara substantif telah selesai. Kemendag mengikuti kebijakan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk maju ke tahapan beriktunya.
Enggar menuturkan, dalam tiap persiapan pembahasan perjanjian perdagangan, pihaknya tidak ingin sekadar datang dan berbicara. Kemendag selalu berupaya melibatkan pengusaha untuk ikut serta dalam kunjungan kerja, forum bsinis, one on one hingga business matching. Sebab, ini momentum untuk melakukan promosi dan bahkan ampai dengan transaksi. "Kunjungan atau misi dagang ini menghasilkan transaksi potensial 10 miliar dolar AS dari Januari sampai Oktober 2018," ucapnya.
Enggar menyebutkan, setidaknya ada 13 perjanjian yang sedang dikejar. Di antaranya ada delapan perjanjian yang sedang on going, tiga perjanjian tengah dikaji ulang untuk ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya serta masuk ke inisiasi. Sementara itu, dua perjanjian lagi dalam proses pembahasan.