REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan laba bersih sampai akhir 2018 sebesar 22-24 persen. Sementara, pada kuartal III-2018 ini, laba bersih tumbuh 20 persen year on year (yoy) menjadi Rp 18,1 triliun.
Wakil Direktur Bank Mandiri Sulaiman Arif Arianto menjelaskan, kenaikan laba bersih perseroan didukung oleh meningkatnya net interest income sebesar 4,2 persen menjadi Rp 40,5 triliun. Laba juga ditopang oleh fee based income sebesar sebesar 11,4 persen menjadi Rp 18,75 triliun.
"Dibarengi pula oleh penurunan biaya pencadangan 10,3 persen. Di sisi lain, biaya operasional berhasil terus ditekan dan hanya tumbuh single digit berkat penerapan prinsip efisiensi secara konsisten di seluruh proses bisnis," ujar Sulaiman di Jakarta, Rabu, (17/10).
Hingga September tahun ini, dana murah Bank Mandiri pun telah mencapai Rp 535,8 triliun. Dengan rasio dana murah terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar 64,46 persen. Dana murah tersebut meningkat 8,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Sulaiman menjelaskan, pertumbuhan itu ditopang oleh peningkatan tabungan sebesar Rp 23,8 triliun menjadi Rp 331,6 triliun. Lalu kenaikan giro sebesar Rp 19,4 triliun menjadi Rp 204,2 triliun.
"Sedangkan biaya dana Bank Mandiri nonkonsolidasi juga berhasil diturunkan. Dengan begitu menjadi 2,50 persen dari posisi akhir September tahun lalu yang mencapai 2,79 persen,” tuturnya.
Pada kuartal II 2018, perseroan pun mencatat kenaikan penyaluran kredit sebesar 13,8 persen menjadi Rp 781,1 triliun. Dengan begitu mendorong penghimpunan aset menjadi Rp 1.173,6 triliun atau tumbuh 8,8 persen dari September 2017.
Baca juga, Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Capai 13,8 Persen