Kamis 18 Oct 2018 01:00 WIB

Analis: Pemerintah Perlu Tingkatkan Produksi

Pencapaian ini hanya berdampak jangka pendek bagi pasar Indonesia.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Foto aerial pembangunan infrastruktur jembatan Wear Arafura di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku, Ahad (29/4).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Foto aerial pembangunan infrastruktur jembatan Wear Arafura di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku, Ahad (29/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Pasar Modal sekaligus Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo mengapresiasi pencapaian Indonesia yang mampu menduduki peringkat ke-45 dalam indeks daya saing global 4.0 atau Global Competitiveness Index 4.0. Dengan skor 64,9, Indonesia berhasil naik dua peringkat dari tahun sebelumnya, yakni 47.

Namun, Lucky menjelaskan, pencapaian tersebut tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap bursa efek atau saham di Indonesia. Kalaupun berdampak, hanya akan dirasakan dalam jangka pendek, sekitar lima sampai enam bulan ke depan. "Itupun tidak signifikan," tuturnya ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (17/10).

Lucky menambahkan, peningkatan peringkat dalam indeks daya saing global tidak lantas merefleksikan penerimaan sentimen positif terhadap emiten. Sebab, tiap emiten memiliki banyak tantangan untuk jangka panjang. Di antaranya, penguatan dolar AS terhadap rupiah, harga minyak relatif tinggi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di angka lima persen.

Perbaikan peringkat Indonesia terkait daya saing global hanya memberikan sentimen positif untuk jangka menengah. Instrumen pasar lainnya memberikan dampak lebih signifikan terhadap emiten-emiten. "Apalagi, dalam jangka waktu setengah tahun, akan ada Pilpres dan Pileg. Event ini yang akan memberikan pengaruh lebih kuat dibanding indeks daya saing," ucapnya.

Berkaca dari indikator-indikator dalam indeks daya saing global, Lucky menilai, Indonesia masih harus memperbaiki sisi produksi. Selama ini, pemerintah baru konsentrasi terhadap konsumsi termasuk melalui pemenuhan kebutuhan dalam negeri dengan impor. Proyek yang dikerjakan juga masih menaruh orientasi ke penggunaan, bukan pemanfaatan dan memberikan nilai tambah.

Indonesia menempati peringkat ke-45 dari 140 negara dalam peringkat Global Competitiveness Index 4.0 atau indeks daya saing global 4.0 2018. Indonesia mencatat skor keseluruhan 64,9 poin. Dibanding dengan indeks tahun lalu, Indonesia naik peringkat dua tingkat dengan skor yang juga bertambah 1,4 poin.

Indonesia unggul atas sejumlah negara lain seperti Turki (ke-61) dan Brazil (ke-72). Tapi, apabila dibanding dengan negara Asia Tenggara lain, Indonesia masih berada di posisi keempat. Berada di atas Indonesia adalah Singapura (kedua), Malaysia (ke-25) dan Thailand (ke-38). Indeks tersebut dirilis oleh World Economic Forum, Rabu (17/10).

Baca juga, Indeks Daya Saing Indonesia Naik Dua Peringkat

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement