Ahad 14 Oct 2018 12:43 WIB

Stiglitz: Gejolak Ekonomi Dunia Terus Berlanjut

Suku bunga AS yang lebih menarik akan memicu capital outflow dari negara berkembang.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
 Joseph Eugene Stiglitz
Joseph Eugene Stiglitz

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Peraih penghargaan Nobel Memorial Prize in Economic Sciences, Joseph Stiglitz, mengatakan hingga beberapa waktu ke depan, perekonomian negara berkembang akan semakin bergejolak. Hal ini akibat kenaikan suku bunga Fed Fund Rate yang berdampak pada ketidakpastian ekonomi global.

Suku bunga AS yang lebih menarik bagi investor akan memicu capital outflow dari pasar negara berkembang. Selain itu, perang dagang AS dan Cina juga semakin memperburuk ekonomi global.

"Ini akan sangat berpengaruh pada emerging market," ujar Stiglitz dalam diskusi High Level Policy 'The Future od Finance' di Jimbaran, Bali, Jumat (12/10).

Nilai tukar negara- negara berkembang juga anjlok, salah satunya adalah rupiah. Menurut Ekonom berkebangsaan AS ini, upaya yang dilakukan oleh Indonesia untuk mengatasi hal ini sudah tepat, yakni dengan menaikkan suku bunga dan melakukan intervensi pasar.

"Indonesia bisa membiarkan nilai tukar jatuh, namun kebijakan ini akan menimbulkan biaya yang besar untuk impor," kata Stiglitz.

Sementara itu hingga penutupan perdagangan Jumat (12/10), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 17 poin di level Rp 15.235 per dolar AS. Berdasarkan Bloomberg, sejak awal tahun rupiah telah terdepresiasi hingga 12,11 persen, terlemah sejak krisis keuangan Asia pada Juli 1998.

Meskipun demikian, Stiglitz menyebutkan bahwa Indonesia dan juga Malaysia merupakan negara - negara yang memiliki kondisi yang baik dalam menghadapi ketidakpastian global. Berbeda dengan Argentina dan Turki yang paling cepat terdampak oleh gejolak ekonomi global. Bahkan Argentina sampai harus berutang kepada IMF. (Idealisa Masyrafina)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement