Jumat 12 Oct 2018 21:54 WIB

Hipmi Nilai IMF-WB Beri Dampak Positif ke Pemasukan Negara

Tak hanya pemasukan, negara juga mendapat penghasilan dari PPN 10 persen

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja duduk bersantai sambil menikmati kopi di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).
Foto: Antara/Wisnu Widiantoro
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja duduk bersantai sambil menikmati kopi di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bahlil Lahadalia mengatakan, gelaran pertemuan IMF-WB 2018 di Bali memberikan dampak positif terhadap pemasukan negara. Ia meyakini, Indonesia akan mendapatkan pendapatan surplus daripada biaya yang telah dikeluarkan untuk persiaman gelaran itu.

“Saya berani mengatakan bahwa dengan kegiatan itu kita bisa surplus,” kata Bahlil di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (12/10) sore.

Ia mengatakan, jumlah anggaran yang telah dikeluarkan pemerintah mencapai Rp 855 miliar. Namun, jumlah itu akan tergantikan oleh kedatangan para peserta pertemuan IMF-WB dari para peserta yang berjumlah 35 ribu orang.

Bahlil mengklaim, berdasarkan penuturan para pengusaha muda Bali, rerata yang hadir dalam IMF-WB merupakan pengusaha skala besar serta para pimpinan negara. Rata-rata mereka menghabiskan sekitar 600-700 dolar AS per hari. Bahlil menjelaskan, pertemuan IMF-WB digelar selama sembilan hari maka rata-rata total pengeluaran per peserta mencapai 3.600 dolar.

“Nah kalau itu dikalikan saja 35 ribu orang maka uang yang masuk hampir mencapai Rp 3 triliun. Belum lagi kita dapat penghasilan dari PPN (Pajak Pertambahan Nilai) 10 persen. Jadi harus kita pahami dulu,” kata Bahlil.

Menurut Bahlil, berdasarkan pengakuan sejumlah pengusaha di daerah pariwisata, kunjungan turis-turis asing yang juga menjadi peserta dalam pertemuan IMF-WB mulai ramai. Selain itu, hotel-hotel hingga transportasi juga mengalami peningkatan okupansi.

Hal itu pun dirasakan oleh kawasan pariwisata di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur hingga Raja Ampat, Papua. Ia menilai, hal tersebut merupakan multiplier effect dari adanya sebuah gelaran internasional.

Disisi lain, demi bisa menarik investasi asing masuk ke Indonesia, maka pemerintah harus memberikan rasa kepercayaan kepada investor. Pertemuan IMF-WB dihadiri oleh perwakila 189 negara. Oleh karena itu, pertemuan di Bali yang saat ini masih berlangsung merupakan momen penting bagi Indonesia untuk meyakinkan para investor dunia untuk bisa menanamkan modalnya di Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement