REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyebut, saat ini terdapat pertumbuhan yang tidak berimbang dalam perekonomian dunia. Hal ini merujuk pada pertumbuhan ekonomi AS yang menguat sementara perekonomian dunia lainnya mengalami perlambatan.
"Ada pertumbuhan yang uneven. Ada perbedaan pertumbuhan satu negara versus the rest of the world," kata Dody di Nusa Dua, Bali pada Selasa (9/10).
Untuk diketahui, Dana Moneter Internasional (IMF) mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,9 persen menjadi 3,7 persen pada tahun ini. Saat ini, kata Dody, kondisi perekonomian global menghadapi tekanan ke bawah. Hal itu terasa tidak hanya di negara dengan kondisi fundamental lemah tapi juga termasuk negara-negara maju di Eropa dan Asia.
Kecenderungan tersebut mempengaruhi perdagangan dunia lantaran sisi permintaan akan menurun. Hal itu juga akan mempengaruhi harga komoditas dan berdampak pada perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia.
IMF pun memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,1 persen pada tahun ini. "Tapi 5,1 persen dalam perhitungan mereka itu cukup baik karena masih dalam kisaran di atas lima persen," kata Dody.
Faktor risiko tersebut, kata Dody juga sudah diproyeksi oleh BI. Oleh karena itu, BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini akan mencapai 5,2 persen. Hal itu sejalan pula dengan proyeksi pemerintah.
Meski begitu, proyeksi baik dari pemerintah dan BI berada di bawah target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2018 yang sebesar 5,4 persen. "Ketika Gubernur (Gubernur BI Perry Warjiyo) mengeluarkan satu angka itu sebenarnya sudah menghitung risiko ke depan. Kita lihat faktor globalnya sama," kata Dody.
Baca juga, IMF: Pertumbuhan Ekonomi Global Stagnan