Jumat 05 Oct 2018 22:23 WIB

'Kementan Miliki Data Akurat Stok Pangan'

Pemanfaatan alat teknologi juga semakin maju.

Petugas mengecek stok beras di Gudang Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (4/9).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas mengecek stok beras di Gudang Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) dinilai pasti mempunyai data akurat mengenai tingkat produktivitas seperti luas panen maupun tanam saat musim kemarau, misalnya saja untuk tanaman jenis padi. Sehingga dengan begitu akan dapat dihitung berapa banyak lahan pertanian yang berhasil panen dan tidak. 

"Sehingga sebetulnya meskipun musim kemarau, produksi seperti beras misalnya, masih aman dibandingkan dengan konsumsi dalam negeri. Biasanya Direktorat Jenderal Pangan Kementan ada datanya," ujar Dekan Fakultas Pertanian Universitas Nasional Inkorena GS Sukartono, Kamis (4/10).

Sukartono mengatakan, berdasarkan informasi yang diperolehnya, dampak gagal panen padi sebab kekeringan sektor lahan tani hanya berkisar 1-1,35 persen, tidak melebihi angka 1,5 persen.

Berbeda dengan pertanian tembakau, ucap Sukartono, justru semakin tinggi kekeringannya saat di panen maka kualitasnya bertambah bagus. Menurut Sukartono, sampai saat ini ukuran kesejahteraan petani juga masih dianggap aman secara produktivitas panen dan hasilnya bila memakai ukuran nilai tukar petani (NTP).

"Sekarang ini kan kalau NTP naik itu amat bagus ya. Artinya kesejahteraan petani meningkat," ucap Sukartono.

Menurut Sukartono, pengelolaan lahan tani amat bergantung juga kepada cuaca atau musim yang dialami. Oleh sebab itu, kata Sukartono, memang memerlukan dukungan data tentang iklim ditambah pendampingan yang rutin ke petani.

"Supaya gagal panen pada musim kemarau yang mungkin bisa mundur atau cepat, bisa segera ditanggulangi. Kemudian informasi selalu diperbarui begitu, kapan tanam, kapan panen dan sebagainya sehingga sampai ke petani," ujar Sukartono.

Sukartono menuturkan, pemanfaatan alat teknologi pertanian saat ini juga semakin maju dan mudah diakses untuk mendukung produktivitas pertanian, misalnya saja seperti penggunaan traktor untuk masa kini.

Berdasarkan data Kementan, dampak kemarau terhadap produtivitas tani masih di bawah ambang batas. Dibandingkan luas tanam periode Januari-Agustus 2018 yaitu 10.079.475 hektare dampak kekeringan pertanian adalah 1,34 persen atau 135.226 hektare. 

Data tersebut sudah termasuk yang gagal panen hanya 0,26 persen atau 26.438 hektar dari seluruh luas tanam. Sedangkan NTP per September 2018 dirilis Badan Pusat Statistik mencapai 103,17 atau naik 0,59 persen dibandingkan periode yang sama di bulan sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement