Sabtu 06 Oct 2018 05:10 WIB

Prospek Bisnis Waralaba di Indonesia Masih Positif

Kopi menjadi produk favorit dalam bisnis waralaba di Indonesia

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Bisnis waralaba
Foto: dokpri
Bisnis waralaba

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pameran bisnis terbesar yang menggabungkan Franchise and License Expo Indonesia 2018, Cafe and Brasserie Indoneisa 2018, dan Retail Solution Expo Indonesia 2018 resmi dibuka hari ini (5/10) di Jakarta Convention Center (JCC). Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia Levita Supit mengatakan acara tersebut menandakan bisnis waralaba sangat memiliki prospek positif.

"Sampai saat ini perkembangan waralaba di tanah air tumbuh berkembang dengan baik," kata Levita di JCC, Jumat (5/10).

Dia menjelaskan, pada pameran tahun lalu hanya menghadirkan 250 bisnis waralaba namun pada tahun ini terdapat 450 merek franchise. Menurutnya, hal tersebut menujukkan respons masyarakat dan pelaku usaha yang bagus.

Ditambah lagi, kata dia, pemerintah saat ini sudah membangun infrastruktur sehingga sangat mendukung perkembangan waralaba. "Karena kita bisa membuka bisnis waralaba sampai ke daerah. Dulu permasalahanya utama ada di infrastruktur sehingga logistik amat sangat susah untuk mengirim dari satu daerah ke daerah yang lain," jelas Levita.

Dengan bertambahnya bandara dan pelabuhan yang ada di Indonesia, Levita menilai hal tersebut banyak membuat para pelaku usaha bergairah. Untuk itu banyak pelaku usaha di Indonesia yang mau mengembangkan bisnis waralaba terutama kaum milenial.

Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan P Roeslani memastikan pihaknya sangat berkomitmen untuk mendorong terciptanya pengusaha baru. "Ini untuk menggerakan perekonomian nasional dan menciptakan iklim usaha yang positif di industri waralaba," ujar Rosan.

Rosan mengharapkan pameran tersebut dapat memunculkan pelaku usaha waralaba baru di Indonesia. Terutama pelaku usaha yang kreatif dan inovatif serta mampu bersaing di pasar global.

Di dalam bisnis waralaba, kopi juga menjadi produk yang favorit dalam bisnis tersebut. Ketua Umum Asosiasi Kopi Specialty Indonesia A Syafrudin menuturkan kehadiran usaha cafe meningkatkan nilai kopi yang ada saat ini.

Syafrudin menjelaskan kopi yang tadinya hanya sekedar komoditas dapat menjadi karya seni dan gaya hidup. "Nilai jualnya saat ini tinggi karena kita mau menikmati secangkir kopi di cafe akan berbeda harganya di kedai kopi pinggir jalan," ungkap Syafrudin.

Syafrudin berharap pameran bisnis tersebut dapat mempertemuka semua pebisnis atau pelaku usaha. Dengan begitu juga akan menghasilkan solusi terbaik untuk industri kopi dan waralaba.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti mengatakan transaksi di dalam pamerah tahun sebelumnya dibandingkan 2016 meningkat. "Transksi selama pameran pada 2017 meningkat 13 persen dari 2016 hanya Rp 884 miliar menjadi Rp 1 Triliun pada tahun 2017," jelas Tjahya.

Menurrutnya, ekspor Indonesia saat ini tidak hanya komoditas namun juga waralaba yang mulai membuka gerai di luar negeri. Untuk itu Tjahya mengharapkan waralaba di Indonesia dapat melebarkan kiprahnya di luar negeri.

"Saat ini kita masih defisit neraca perdagangan. Kalau bisa jangan mereka (waralaba asing) masuk, kita yang kelua ekspansi, go international," tutur Tjahya.

Pameran bisnis tersebut digelar mulai 5-7 Oktober 2018 dari pukul 10.00 WIB hingga 21.00 WIB dengan tiket masuk Rp 60 ribu. Diharapkan, pameran bisnis terbesar di Indonesia tersebut mampu didatangi 20 ribu pengunjung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement