Jumat 05 Oct 2018 18:51 WIB

Dua BUMN Ini Ekspor Ikan ke Tiga Negara

Nilai ekspor dua BUMN ini mencapai 480,1 ribu dolar AS

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Ikan tuna, salah satu andalan ekspor hasil laut Indonesia.
Foto: http://www.ekobiz-parepare.com
Ikan tuna, salah satu andalan ekspor hasil laut Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia (Perindo) dan PT Perikanan Nusantara (Perinus) mengekspor ikan ke tiga negara yaitu Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang . Kedua BUMN tersebut melakukan ekspor tersebut dari Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (5/10).

Menteri BUMN Rini Soemarno yang hadir dalam pelepasan ekspor tersebut menilai hal tersebut dapat memguatkan nilai rupiah. "Lima kontainer produk perikanan ini dengan nilai ekspor sebesar 480,1 ribu dolar AS," kata Rini, Jumat (5/10).

Tiga dari lima kontainer tersebut merupakan produk perikanan milik Perindo yang terdiri dari 2 kontainer berisi ikan jenis kakap merah, ikan tenggiri, dan cumi-cumi berbobot 36 ton dan senilai 210 ribu dolar AS yang akan diekspor ke AS. Selanjutnya satu kontainer berisi 18 ton jenis gurita dan cumi-cumi senilai 100,6 ribu dolar AS yang akan diekspor ke Eropa.

Sementara dua kontainer lainnya merupakan produk perikanan milik Perinus yang berisi 30 ton gurita dingin dengan nilai sebesar 169,5 ribu dolar AS yang akan diekspor ke Jepang.

Secara umum, realisasi ekspor dua BUMN perikanan hingga September 2018 tercatat sebesar 512,1 ton atau senilai 5,54 juta dolar AS. Rinciannya terdiri dari Perum Perindo 392,3 ton atau senilai 4,75 juta dolar AS dan Perinus sebesar 119,8 ton atau senilai 791 ribu dolar AS.

 

“Dua BUMN perikanan, Perindo dan Perinus mampu meningkatkan kinerja ekspor dan ini merupakan momentum yang tepat bagi kita untuk terus mendorong penjualan ekspor terutama dalam menghadapi pelemahan rupiah. Saya terus dukung BUMN bisa sukses di pasar internasional,” jelas Rini.

Sementara itu, Direktur Utama Perindo Risyanto Suanda mengungkapkan akam terus berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja ekspor perusahaan. Selain untuk mendorong kinerja keuangan, kata dia, peningkatan penjualan ekspor mendorong perolehan devisa dari produk perikanan.

“Penguatan pasar ekspor seiring dengan penguatan startegi internal seperti processing unit yang kami miliki untuk memberikan value added," ujar Risyanto.

Risyanto menambahkan dengan tambahan ekspor pada awal Oktober 2018, Perum Perindo optimistis mampu mencapai target ekspor yang dipatok sebesar 694 ton atau senilai 6,82 juta dolar AS hingga akhir tahun. Dia memperkirakan ekspor tahun ini melesat 736,14 persen dari realisasi ekspor 2017 yang hanya sebesar 83 ton.

Hingga September 2018, Perum Perindo mencetak realisasi ekspor sebanyak 392,3 ton dengan valuasi 4,89 juta dolar AS. Saat ini negara tujuan ekspor utama pada 2018 yaitu Amerika Serikat, Cina, Eropa, Jepang, dan Vietnam.

Sementara itu, Direktur Utama Perinus Dendi Anggi Gumilang mengungkapkan, setelah melakukan penandatanganan perjanjian kontrak di Imperial Hotel Tokyo pada 22 Agustus 2018 dengan Perusahaan Jepang Ajhirushi, perseroan telah mendapatkan pengakuan. Dendi menilai Perinus memenuhi standar gurita Jepang dan diterima pasar Jepang.

“Kami sangat yakin kerja sama ini akan berjalan dengan baik dan kami mampu memenuhi standar gurita Jepang dan diterima pasar Jepang dengan baik," tutur Dendi.

Selanjutnya, pada Oktober 2018 Perinus juga akan mulai mengekspor ikan tuna ke Jepang sesuai dengan nilai kontrak 15 juta dolar AS. Selain itu, Perinus juga akan mengekspor kakap merah dan tenggiri ke Singapura dengan proyeksi senilai 6,5 juta dolar AS.

Gurita yang diekspor berasal dari perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Kepulauan Selayar dan Perairan Lampung. Semua produk yang diekspor merupakan produk dari mitra nelayan Perikanan Nusantara.

Jumlah mitra nelayan gurita Perikanan Nusantara sebanyak 640 nelayan. Jumlah nelayan mitra akan bertambah pada saat pola musim gurita terjadi yaitu pada September-April.

"Secara keseluruhan nelayan yang bermitra dengan Perikanan Nusantara sudah ada ikatan kerjasama (PKS Perdagangan). Nelayan gurita pada umumnya belum ada asosiasi yang mewadahinya hal ini dikarenakan mereka masih nelayan tradisional," jelas Dendi.

Produk gurita tersebut diproses pada Unit Pengolahan Ikan Perikanan Nusantara cabang Makassar. Unit pengolahan tersebut memiliki kapasitas produksi sebanyak 5 ton per hari dengan sertifikasi Hazard Analisis Critical Control Point (HACCP).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement