Kamis 04 Oct 2018 15:45 WIB

Rupiah Melemah, OJK: Kondisi Perbankan tak Mengkhawatirkan

OJK mengimbau perbankan untuk melakukan efisiensi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Ketua OJK, Wimboh Santoso
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua OJK, Wimboh Santoso

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kondisi perbankan Indonesia meski rupiah tertekan ke level Rp 15 ribu per dolar AS. Jika dilihat dari statistik, perbankan Indonesia memiliki ketahanan terhadap kenaikan suku bunga.

BACA JUGA:

Baca Juga

"Perbankan tidak menaikkan 100 persen pada sektor peminjaman sehingga kredit masih bergeliat," kata dia, di gedung OJK, Kamis (4/10).

Menurutnya, OJK juga mengimbau perbankan untuk melakukan efisiensi. Wimboh tidak menutup kemungkinan pada kenaikan suku bunga lanjutan mengingat sentimen global masih volatil antara kenaikan suku bunga the Fed dan perang dagang Amerika Serikat-Cina.

Meski demikian, Wimboh menegaskan, secara umum kondisi perbankan tidak ada masalah. Menurutnya, kredit per Agustus 2018 telah mencapai 12,12 persen. Pertumbuhan kredit pun meningkat dengan target di atas 13 persen pada akhir tahun.

Wimboh menyampaikan, pertumbuhan kredit membaik karena dunia usaha masih tetap bergeliat. Harga komoditas mulai naik, seperti batu bara, minyak, dan kelapa sawit sehingga ekonomi tetap bergairah dan kredit meningkat.

"Tekanan nilai tukar memang ada, di beberapa negara mengalami hal yang sama, tapi ini bersifat sementara," tutur Wimboh.

Seiring dengan hal itu, OJK tetap melakukan pengawasan pada semua bank. Mulai dari buku empat hingga buku satu. Kekhawatiran pada buku satu ditepisnya. Wimboh mengatakan, bank-bank buku satu juga punya fundamental yang kuat.

Sebagian besar adalah milik korporasi atau grup besar sehingga akan mudah mendapatkan dana pinjaman dari pihak lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement